Mencari Berkah Dengan Sedekah

Posted by Admin 0 comments

Lindungilah Diri Kalian Dari Neraka
Walau Dengan Satu Belahan Kurma

(HR Bukhory Muslim dari ‘Adi bin Hatim Rodhiyallohu ‘Anhu)
Ditulis oleh: Abu Ja’far Al-Harits Al-Andalasy -Saddadahulloh-
بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نستعينه ونستغفره وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما كثيرا أما بعد:
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ ^ فَاتَّقُوا اللَهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya harta-harta dan anak-anak kalian hanyalah cobaan (bagi kalian), sementara di sisi Allah-lah pahala yang besar. Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk diri kalian. Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS At-Taghobun 15-16)
Diantara alasan besar yang dikemukakan oleh para “aktivis” dakwah untuk meminta sumbangan atau mengajukan proposal adalah: “Kalau menunggu terus, penyumbang tak bakalan datang. Orang-orang kalau tidak dipancing dulu, kantongnya tak bisa dibuka”.
Memang dari satu sisi, bid’ah yayasan dakwah serta bentuk “perendahan” terhadap dakwah bukanlah perbuatan yang pantas dan bisa ditolerir. Namun di sisi lain terdapat sebuah fenomena yang tidak bisa kita pungkiri bahwa sebagian orang memang ogah-ogahan –kalau tidak mau dikatakan pelit- untuk merogoh koceknya, berinfak di jalan Alloh. Fenomena yang jauh dari akhlak para shohabat, orang-orang pilihan umat ini.
Abu Mas’ud Al-Anshory Rodhiyallohu ‘Anhu mengatakan: “Dahulu Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam apabila menyuruh kami untuk bersedekah, maka salah seorang dari kami pergi ke pasar dan mengangkat barang (menjadi kuli –pent) sehingga dia mendapatkan upah satu mud (makanan, agar dia bisa bersedekah –pent). Sesungguhnya hari ini sebagian orang memiliki seratus ribu (dinar, dirham atau mud makanan, tapi dia tidak besedekah)”. (HR Al-Bukhory)
Karena itu ada baiknya kita merenungkan kembali permasalahan ini sehingga ta’awun yang benar bisa berjalan tanpa “memancing” orang lain untuk jadi pengemis, sekaligus menyadarkan kita akan keutamaan-keutamaan amalan yang mulia ini semoga bisa mengingatkan yang terlupa dan yang hanyut dengan fitnah dunia.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إن المؤمن خلق مفتنا تواب نساء، إذا ذكر ذكر
“Sesungguhnya seorang mukmin diciptakan (dengan kondisi) banyak menghadapi fitnah, banyak bertaubat, banyak lupa, apabila diingatkan maka dia akan ingat” (HR At-Thobrony dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallohu ‘Anhu, dishohihkan Syaikh Al-Albany)
Alloh Ta’ala berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ^ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ^ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Bersegeralah kalian kepada ampunan dari Robb kalian, serta kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (QS Ali-‘Imron 133-135)
KECINTAAN MANUSIA TERHADAP DUNIA, PADAHAL DUNIA TIDAKLAH SEBERAPA
Alloh Ta’ala berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ ^ قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللهِ وَاللَهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah Wahai Muhammad: “Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Robb mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Mereka dikaruniai isteri-isteri yang disucikan serta keridhoan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS Ali-‘Imron 14-15)
Syaikh As-Sa’dy Rahimahulloh mengatakan: “Ketika perkara-perkara tersebut dibuat indah bagi mereka dengan adanya bujukan-bujukan yang bergejolak, maka jiwa-jiwa manusia menjadi terikat kepadanya dan hati-hati pun condong. Pada kenyataannya (dalam menghadapi perkara ini –pen) manusia terbagi kepada dua kelompok:
Kelompok pertama adalah orang-orang yang menjadikan perkara-perkara di atas sebagai tujuan, sehingga pikiran-pikiran, apa-apa yang terlintas di benak, amalan-amalan lahir dan batin tercurah untuk itu. Mereka disibukkan dari tujuan penciptaan mereka (untuk mengesakan Alloh dalam peribadatan –pen) …
Kelompok kedua adalah orang-orang yang mengetahui maksud (diindahkannya perkara dunia tersebut –pen), bahwa sesungguhnya Alloh menjadikannya sebagai cobaa dan ujian bagi para hamba-Nya, agar Dia mengetahui mana hamba yang lebih mengedepankan ketaatan kepada-Nya, keridhoan-Nya daripada kelezatan-kelezatan dunia dan syahwatnya. Yaitu orang-orang yang menjadikan perkara-perkara dunia tersebut sebagai sarana dan jalan untuk mengumpulkan bekal darinya untuk akhirat mereka. Mereka menikmati perkara-perkara dunia tersebut adalah sebagai penolong mereka untuk mencapai keridhoan-Nya”.
Alloh tidak melarang manusia untuk mengecap kenikmatan itu semua, karena memang dunia ini telah Alloh jadikan untuk mereka:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian” (QS Al-Baqoroh 29)
Namun dunia yang dikaruniakan itu didasari hikmah yang mulia terkait pencapaian seseorang kelak di akhiratnya. Tempat penuh kenikmatan abadi yang tiada taranya, yang tak sebanding dengan dunia yang fana. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
والله ما الدنيا في الآخرة إلا مثل ما يجعل أحدكم إصبعه هذه في اليم، فلينظر بم ترجع؟
“Demi Alloh, tidaklah dunia itu dibandingkan akhirat melainkan seperti yang bisa diperbuat seseorang diantara kalian dengan jarinya ini ke dalam lautan. Maka lihatnya seberapa (air pada jarinya) yang bisa didapatkannya” (HR Muslim dari Mustawrid Rodhiyallohu ‘Anhu)
Maka jika anda ingin masuk kepada kelompok yang kedua, sesungguhnya Islam telah menunjukkan jalan-jalannya. Namun jika anda merasa kecondongan terhadap dunia lebih mendominasi maka banyaklah meminta pertolongan dan ampunan-Nya, wallohul Musta’an.
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَاب
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”. (QS Al-Baqoroh 212)
ALOKASI HARTA: ANTARA ROYAL DAN PELIT
Alloh Ta’ala berfirman:
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
“Janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”. (QS Al-Isro’ 29)
Alloh melarang hamba untuk pelit: “Janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu”, dan Alloh juga melarangnya untuk boros: “janganlah kamu terlalu mengulurkannya”. Dengan demikian diketahui bahwa sikap yang benar adalah pertengahan antara keduanya, sebagaimana Alloh sebutkan dalam firman-Nya:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”. (QS Al-Furqon 67)
Maka wajib bagi seseorang untuk mengetahui bahwa dermawan bukanlah boros dan hemat bukanlah pelit. Pelit adalah menahan harta pada tempat yang selayaknya, bahkan sampai tahap wajib baginya untuk memberi. Sementara boros adalah mengeluarkan harta pada perkara yang tidak pantas, bahkan sampai tahap haram baginya untuknya untuk memberi”. [Lihat, Adhwa’ul Bayan – Imam Syinqithy, tentang tafsir ayat di atas]
DIANTARA ADAB-ADAB SEDEKAH DALAM KITABULLAH
Jika kita cermati, ada empat sisi penting tentang sedekah yang banyak Alloh sebutkan di dalam kitab-Nya, yaitu: jenis harta yang diinfakkan, kemana harta diinfakkan, sikap orang yang berinfak dan cara berinfak. [Lihat, Adhwa’ul Bayan 8/ 47-50]
JENIS HARTA YANG DIINFAKKAN
Harta yang diinfakkan seorang hamba adalah harta yang halal dan baik, yang dia sendiri merasa lapang dada kalau diberi orang lain dengan pemberian yang semisal itu. Apabila harta yang diinfakkan di jalan Alloh adalah sesuatu yang berharga baginya, maka amalannya itu lebih sempurna.
Alloh Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيه
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya”. (QS Al-Baqoroh 267)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai” (QS Ali ‘Imron 92)
KEMANA HARTA DIINFAKKAN?
Banyak sebenarnya tempat penyalurannya, mulai dari orang-orang yang membutuhkan, pada perkara-perkara yang dibutuhkan orang banyak, pengembangan dakwah dan amalan-amalan di jalan Alloh, serta masih banyak lagi. Namun yang mesti dicermati disini adalah cara memilih tempat penyalurannya. Jika ada dua tempat yang satunya mendesak dan satu masih bisa ditunda, maka yang mendesak mesti diutamakan. Apabila yang satu manfaat lebih besar -baik terkait dengan kepentingan umat atau jenis sedekah yang pahalanya bisa mengalir terus- maka yang seperti ini lebih dikedepankan dari pada perkara yang manfaatnya atau pahalanya terbatas. bersama. Demikian juga sedekah-sedekah wajib lebih didahulukan dari pada yang mustahab, penyalurannya ke tempat yang dekat lebih didahulukan dari tempat yang jauh jika manfaatnya tak jauh berbeda.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَدِينَارٌ فِي الْمَسَاكِينِ وَدِينَارٌ فِي رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ فِي أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الدِّينَارُ الَّذِي تُنْفِقُهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Dinar yang engkau nafkahkan di jalan Alloh. Dinar yang engkau nafkahkan untuk membebaskan budak. Dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu” (HR Muslim dari Abu Hurairoh Rodhiyallohu ‘Anhu)
Hal itu karena menafkahi keluarga hukumnya wajib, maka memenuhi kebutuhan yang wajar bagi orang yang  berada di dalam tanggungannya, lebih dikedepankan.
Demikian juga jika sedekah atau infak itu merupakan perkara yang diwajibkan syari’at untuk dikeluarkan seperti zakat.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيم
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih” (QS At-Taubah 34)
Kemudian setelah kewajiban terpenuhi, maka sedekahkanlah kepada yang membutuhkan mulai dari yang terdekat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيم
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS Al-Baqoroh 215)
Alloh memulai penyebutan orang tua karena hal itu juga termasuk perbuatan  berbakti kepada mereka dan bisa jadi wajib jika orang tua tersebut tidak ada yang mengurus sehingga menjadi tanggungannya. Kemudian kepada kepada saudara dan kerabat karena padanya terdapat upaya mempererat tali silaturrahim. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَة
“Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin adalah sedekah (saja), sementara kepada kerabat yang memiliki pertalian darah –padanya- ada dua: Sedekah dan menyambung silaturrahim”. (HR Ahmad, An-Nasa’i dll, dishohihkan Syaikh Al-Albany Rahimahulloh)
Tentunya urutan dan objek pemberiannya bisa saja berubah sesuai kondisi dan waktu, sebagaimana telah disebutkan terdahulu wallohu a’lam.
SIKAP ORANG YANG BERINFAK
Islam mengajarkan adab yang mulia –yang berbeda dengan agama-agama lain ataupun model-model yang diada-adakan-, dimana agama ini menekankan kepada pemilik sedekah untuk menjaga perasaan orang yang diberi. Jangan sampai dia tersakiti, merasa terhina –apalagi di foto sebagai “bukti” yang pantas dikasihani-. Alloh Ta’ala berfirman:
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ ^  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِين
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Al-Ghoniy (Dzat yang Maha Kaya) lagi Al-Halim (Dzat Maha Penyantun). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, sehingga ia menjadi bersih (tidak menyisakan apa-apa). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS Al-Baqoroh 262-263)
Maka pemberian dengan disertai rasa sakit bagi yang menerima, sesungguhnya telah menjadikan amalan itu sia-sia.
CARA BERINFAK
Untuk menjaga perasaan penerima itulah, maka syari’at ini mendorong untuk mengeluarkan sedekah dengan sembunyi-sembunyi.
إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
“Jika kalian menampakkan sedekah kalian, maka itu adalah baik sekali. Sementara jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka perbuatan itu lebih baik bagimu”. (QS Al-Baqoroh 271)
Salah satu kelompok -yang disebutkan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam- kelak di hari kiamat akan berada di bawah naungan ‘Arsy dimana tidak ada –pada hari itu- tempat  bernaung selainnya:
َرَجُلٌ تَصَدَّقَ، أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُه
“Lelaki yang bersedekah dan menyembunyikannya, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya”. (HR Bukhory-Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudry Rodhiyallohu ‘Anhu)
Walaupun begitu, jika seseorang ingin mengeluarkannya secara terang-terangan tidak mengapa selama bisa menjaga adab-adab sehingga tidak menyakiti si penerima. Dan tentunya, cara sembunyi-sembunyi bisa lebih menjaga hati-hati ini dari penyakit yang mungkin timbul, wallohul musta’an. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang menginfakkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Robbnya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Al-Baqoroh 274)
YANG BUTUH, MESTI MENJAGA KEHORMATAN
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا
“Berinfaqlah kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di bumi. Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu  bisa mengenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak”. (QS Al-Baqoroh 273)
Hal ini mencakup juga apa yang mereka katakan “untuk kepentingan dakwah”, ketahuilah bahwa Islam adalah agama yang mulia dan ditegakkan dengan cara yang mulia, tidak butuh kepada cara-cara yang hina.
KEUTAMAAN MENGINFAKKAN HARTA DI JALAN ALLOH
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti perasaan si penerima, mereka memperoleh pahala di sisi Robb mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al-Baqoroh 262)
Alloh  Subhananahu wa Ta’ala berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah adalah Al-Wasi’ (Maha Luas karunia-Nya) lagi Al-‘Alim (Maha mengetahui)”. (QS Al-Baqoroh 261)
Alloh  Subhananahu wa Ta’ala berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat. Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kalian perbuat”. (QS Al-Baqoroh 265)
Alloh  Subhananahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِين
“Barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya”. (QS Saba’ 39)
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيلِ اللهِ كُتِبَتْ لَهُ بِسَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ
“Barangsiapa yang mengeluarkan infak di jalan Alloh maka dituliskan baginya dengan tujuh ratus kali lipat” (HR Ahmad, An-Nasa’i dll dari Khuraim Rodiyallohu ‘Anhu)
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Tidak ada hari yang para hamba menjumpai paginya, kecuali ketika itu dua malaikat turun. Maka salah satunya berkata: “Yaa Alloh berilah orang yang berinfak penggantian dan berilah orang yang menahan (hartanya) kepunahan” (HR Bukhory-Muslim dari Abu Huraroh Rodhiyallohu ‘Anhu)
MENINGGALKAN SEDEKAH DI JALAN ALLOH ADALAH JALAN MENUJU GERBANG KEBINASAAN
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
“Infakkanlah (harta benda) kalian di jalan Allah, dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri ke dalam kebinasaan”. (QS Al-Baqoroh 195)
Hudzaifah Rodhiyallohu ‘Anhu mengatakan: “Ayat ini turun dalam masalah infak” (HR Al-Bukhory)
Dalam riwayat lain dengan sanad yang shohih, Hudzaifah Rodhiyallohu ‘Anhu menafsirkan makna janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri ke dalam kebinasaan”: “Yaitu meninggalkan infak di jalan Alloh” (HR Ath-Thobari di tafsirnya)
ORANG KAFIR JUGA MENGINFAKKAN HARTANYA
Alloh Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ الله
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah”. (QS Al-Anfal 36)
Syaikh ‘Abdurrohman As-Sa’dy Rahimahulloh mengatakan: “Mereka (orang-orang kafir) akan terus menerus memerangi yang selainnya sampai mereka bisa mengeluarkan orang selain mereka dari agamanya. Terlebih-lebih ahlul Kitab seperti Yahudi dan Nashoro yang mengerahkan yayasan-yayasan, menyebarkan para da’i, mengutus para dokter, membangun sekolah-sekolah untuk menarik umat kepada agama mereka. Serta menyusupkan kepada mereka apa-apa yang bisa menjadi syubhat bagi mereka, yang dapat meragukan mereka terhadap agama mereka”. [Tafsir As-Sa’dy surat Al-Baqoroh ayat 217]
Di zaman ini yang terlihat giat menempuh cara-cara tersebut adalah Rofidhoh, mereka sangat gencar dalam menyebarkan pemahaman zindiq dan munafik. Syaikh kami Yahya Al-Hajury Hafizhohulloh mengatakan bahwa negara yang paling bersemangat untuk mengembangkan dakwah saat ini adalah Iran. Mereka mengalokasikan dana besar-besaran untuk kepentingan dakwah meski perekonomian mereka pas-pasan. Mereka menyebarkan kezindikan, kekafiran dan kemunafikan dengan mengirim da’i-da’i Rofidhoh ke berbagai negara dan membuat yayasan-yayasan ahlut bait, menerima pelajar-pelajar undangan dari berbagai negara, menyebarkan buku-buku dengan harga yang murah dengan jumlah besar bahkan memberi sokongan dana untuk kepentingan perang dalam mengembangkan pemahaman rofidhoh.
Padahal kaum musliminlah yang paling berhak untuk mengerahkan usahanya dan menginfakkan harta mereka untuk agamanya, karena apa yang mereka perjuangkan adalah perkara yang mulia. Perkara yang diridhoi Robb manusia.
SEDEKAH ADALAH KEUNTUNGAN YANG TERSISA BUKANLAH KERUGIAN YANG SIRNA
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنْ تُقْرِضُوا اللَهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
“Jika kalian meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya dan mengampuni kalian”. (QS At-Taghobun 17)
Jika kalian menginfakkan harta kalian di jalan Alloh, mengeluarkan infak yang baik dan mengharapkan pahala serta ganjaran dari Alloh dengan infak kalian tersebut, niscaya Robb kalian akan melipat gandakannya untuk kalian dan menggantikan satu dengan tujuh ratus kali lipat atau lebih bagi yang Dia kehendaki. Bersamaan dengan pelipat gandaan tersebut, Dia juga akan mengampuni azab yang bakal ditimpakan kepada kalian dengan sebab harta yang kalian infakkan di jalan Alloh. [Lihat Tafsir Ath-Thobary]
‘Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha mengatakan bahwa dahulu shohabat menyembelih kambing dan menyedekahkannya, kemudian Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Salam datang dan berkata: “Apa yang tersisa darinya?”. ‘Aisyah menjawab: “Tidak ada yang tersisa kecuali tulang belikatnya”. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Salam berkata: “(Bahkan) tersisa semuanya kecuali tulang belikatnya”. (HR Tirmidzi dishohihkan Syaikh Muqbil dan Syaikh Al-Albany)
Hal itu karena yang dimakan itulah yang lenyap, sementara yang disedekahkan akan tetap tersisa di sisi Alloh. Alloh Ta’ala berfirman:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللهِ بَاق
“Apa  yang di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal”. (QS An-Nahl 96)
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Salam bersabda:
يقول العبد: مالي، مالي، إنما له من ماله ثلاث: ما أكل فأفنى، أو لبس فأبلى، أو أعطى فاقتنى، وما سوى ذلك فهو ذاهب، وتاركه للناس
“Hamba berkata: “(Begini) hartaku, (begitu) hartaku, hartaku”. Sesungguhnya baginya dari hartanya hanyalah tiga: “Yang dia makan, maka itu akan lenyap. Yang dia pakai, maka itu akan lusuh. Yang dia sedekahkan, maka itu akan tersimpan. Sementara yang selain itu semua akan pergi dan dia tinggalkan untuk manusia” (HR Muslim dari Abu Hurairoh Rodhiyallohu ‘Anhu)
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Salam bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَال
“Shodaqoh tidaklah mengurangi harta” (HR Muslim)
Imam An-Nawawy Rahimahulloh mengatakan: “Para ulama menyebutkan dua sisi makna, pertama maknanya adalah bahwa orang tersebut diberkahi pada sedekahnya dan ditolak bahaya sehingga “bentuk” kekurangan harta terganti dengan berkah yang ringan, perkara ini terjangkau oleh indera dan kebiasaan. Yang kedua, walaupun dalam “bentuk” berkurang namun pahala yang dihasilkan mengganti kekurangannya serta menambahnya dengan lipan ganda yang banyak”. [Syarh Shohih Muslim]
JANGAN HITUNG-HITUNG JASA TERHADAP DAKWAH, JUSTERU SEMESTINYA KITA BERSYUKUR ALLOH MEMBERI TAUFIK KEPADA KITA UNTUK  BEKERJA SAMA DALAM DAKWAH YANG PENUH BERKAH INI. ADANYA KITA ATAU TIDAK DAKWAH SALAFIYYAH TETAP BERJALAN
Alloh Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ ^ إِنْ يَسْأَلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا وَيُخْرِجْ أَضْغَانَكُمْ ^ هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُم
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. Ingatlah, kalian adalah orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (harta) pada jalan Allah, maka di antara kalian ada yang kikir. Barang siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Allah adalah Al-Ghony (Dzat yang Maha Kaya) sedangkan kalianlah orang-orang yang membutuhkan (kepada-Nya). Jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kalian ini”. (QS Muhammad 36-38)
Orang yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri karena dia telah mengharamkan pahala Alloh baginya. Alloh tidak rugi sedikitpun karena orang tersebut meninggalkan infak dan Alloh adalah Al-Ghoniy (Maha Kaya), tidak butuh kepada harta hamba-Nya. [Lihat tafsir Al-Qurthuby dan Ibnu Kasir]
TUNGGU APA LAGI?
Alloh Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Robblah mereka bertawakkal”. (QS Al-Anfal 36)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِين
“Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”.(QS Al-Munafiqun 10)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at”. (QS Al-Baqoroh 254)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullohu Ta’ala -dalam tafsirnya- mengatakan: “Alloh Ta’ala memerintahkan para hamba-Nya untuk menginfakkan -dari rezki yang telah Dia berikan- di jalan-Nya, di jalan-jalan kebaikan, agar mereka menabung pahala kelak di sisi Robb sekaligus Pemilik mereka, dan Dia juga memerintahkan agar mereka  bersegera untuk melakukan hal itu di kehidupan dunia”.
Alloh Ta’ala berfirman:
وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَلِلهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Mengapa kalian tidak menafkahkan harta kalian pada jalan Allah, Padahal Allah-lah yang mempunyai langit dan bumi?”. (QS Al-Hadid 10)
Imam Abu Ja’far Ath-Thobary mengatakan: “Alloh Ta’ala mengatakan, “Kenapa kalian wahai manusia tidak menginfakkan di jalan Alloh apa-apa yang telah Dia rezkikan kepada kalian?”. (Padahal) kepada-Nyalah harta-harta kalian tetap akan kembali walau kalian tidak menginfakkannya di jalan-Nya ketika kalian masih hidup. Karena Dialah yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi. Hanya saja Dia Jalla Tsana’uhu memotivasi kalian untuk bagian kalian sendiri. Dia berkata kepada mereka, “Infakkanlah harta kalian di jalan Alloh agar hal itu menjadi simpanan bagi kalian di sisi Alloh, sebelum kalian meninggal dan kalian tidak mampu untuk itu”.
“Apa yang menghalangi kalian untuk berinfak di jalan Alloh?, sementara semua jalan kebaikan ada padanya. Apa yang mengharuskan kalian untuk pelit? Sementara itu bukanlah milik kalian bahkan semua perbendaharaan di langit dan bumi adalah milik Alloh, semuanya akan berpindah atau dipindahkan dari tangan kalian, kemudian kembali kepemilikannya kepada pemiliknya Alloh Tabaroka wa Ta’ala. Maka ambillah harta itu untuk berinfak selama masih berada di tangan kalian, ambillah kesempatan”. [Lihat Tafsir As-Sa’dy tentang ayat di atas]
Bersedekahlah mumpung masih dalam kelapangan. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang sedekah yang paling banyak pahalanya, maka beliau menjawab:
أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الفَقْرَ، وَتَأْمُلُ الغِنَى، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الحُلْقُومَ، قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا، وَلِفُلاَنٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ
“Engkau bersedekah dalam keadaan badanmu masih sehat dan jiwamu merasa pelit, engkau takut miskin dan mengangankan kekayaan. Janganlah engkau berlambat-lambat, sampai ketika nyawa suah sampai ke tenggorokan engkau baru berkata: “Untuk si fulan segini, untuk si fulan segitu, ini dulu aku peruntukkan bagi fulan …” (HR Bukhory Muslim dari Abu Hurairoh Rodhiyallohu ‘Anhu)

سبحنك وبحمدك لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك

Sumber: ahlussunnah.web.id
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Mencari Berkah Dengan Sedekah
Ditulis oleh Admin
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://risalahkajian.blogspot.com/2013/03/mencari-berkah-dengan-sedekah.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
credit for cara membuat email - Copyright of Risalah Kajian.