Masyhur Tapi Tidak Sah Dari Rosululloh Shallallahu ‘alayhi wa sallam
0
comments
MASYHUR TAPI TIDAK SAH DARI RASULULLAH ﷺ
(Bab Iman, Firqoh Murji’ah dan Qodariyyah Serta ‘Asyariyyah, Kalamulloh,
Penciptaan Malaikat, Fadhilah dan Larangan Penamaan Dengan Muhammad atau Ahmad,
Akal dan Keutamaannya, Hidupnya Khidir dan Ilyas ‘Alaihimassalam)
Penciptaan Malaikat, Fadhilah dan Larangan Penamaan Dengan Muhammad atau Ahmad,
Akal dan Keutamaannya, Hidupnya Khidir dan Ilyas ‘Alaihimassalam)
Alih bahasa:
Abu ‘Ubaidillah ‘Amir bin Munir bin Hasan Al-Atsihiy
بسم الله الرحمن الرحيم
وبه نستعين الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على سيدنا محمد خاتم النبيين وعلى آله وأصحابه أجمعين.
Pembahasan ini merupakan terjemahan
faidah yang diambil dari penutup Kitab Safaus Sa’aadah karya Imam
Al-Fairuuz Abaady (817 H) –Rahimahulloh- penulis kamus Al-Muhith,
termasuk diantara orang-orang yang mengambil ilmu dari Ibnul Qoyyim
–Rahimahulloh-. Tulisan beliau ini merupakan isyarat terhadap bab-bab
ilmu yang diriwayatkan di dalamnya hadits-hadits namun tak satupun
terdapat hadits yang sah di sisi ulama hadits. Melihat faidah yang besar
dari tulisan ini, maka Syaikh kami Yahya bin ‘Ali Al-Hajury
–Hafidhohulloh- bergabung bersama penulis dalam kebaikan dengan menambah
beberapa faidah terkait dengan tulisan tersebut yang semoga bermanfaat
bagi kaum muslimin.
Al-Fairuuz Abaadiy -Rahimahulloh- berkata: “BAB AL-IMAN, Hadits
yang masyhur di dalam bab ini seperti: “Iman yaitu ucapan dan amalan,
bertambah dan berkurang” atau “tidak bertambah dan tidak pula
berkurang”, tidak satu pun hadits yang sah dari Nabi Shollallahu’alaihi wa sallam. Ia merupakan perkataan para shohabat dan tabi’in”.
Fadhilatusy Syaikh Yahya bin ‘Aliy Al-Hajuuriy.-Hafidhohulloh- berkata:
“Yaitu tidak ada satu pun dalil gamblang yang sah di dalam bab ini. Ibnul Qayyim
di dalam Al-Manaar Al-Muniif (hal: 266) mengatakan: “Setiap hadits yang
menyebutkan bahwasanya Iman tidak bertambah dan tidak berkurang adalah
dusta dan palsu, dan sebaliknya satu kelompok lain membuat hadits-hadits
palsu bahwasanya Rosululloh Shollallahu ‘alaihi wa sallam
berkata: “Iman itu bertambah dan berkurang”, ini perkataan yang benar
dan merupakan ijma’nya para salaf sebagaimana yang disebutkan oleh
Al-Imam Asy-Syafi’i dan yang lainnya, akan tetapi lafadhnya suatu
kedustaan atas Nabi Shollallohu’alaihi wa sallam“.
Fadhilatusy Syaikh Yahya bin ‘Aliy Al-Hajuuriy.-Hafidhohulloh- berkata:
Adapun dalil-dalil dari Al-Qur’an dan
Sunnah yang menunjukkan bertambah dan berkurangnya keimanan, sangatlah
banyak diantaranya firman Alloh Ta’ala:
وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا
“Orang-orang yang beriman bertambah keimanannya” (QS Al-Muddatstsir 31)
Juga firman-Nya:
وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى
“Alloh menambah pentunjuk bagi orang-orang yang mengikuti pentunjuk” (QS Maryam 76)
Begitu pula firman-Nya:
لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِم
“Agar keimanan mereka bertambah bersamaan dengan keimanan yang mereka miliki” (QS Al-Fath 4)
Di hadits Abu Sa’id secara marfu’ (dari Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam):
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَان
“Barangsiapa diantara kalian yang
melihat kemungkaran, maka hendaklah dia mengingkari dengan tangannya.
Apabila dia tidak mampu, maka dengan lisan (ucapan)nya. Jika dia tidak
mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya keimanan” (HR Muslim no 49)
Imam Muslim juga meriwayatkan (no 50) dari Abu Sa’id –pada hadits tersebut:
وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَل
“Dan tidak ada keimanan (walau) sebesar biji sawi setelah itu”
Ini (bertambah dan berkurangnya keimanan) adalah keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah.”
Al-Fairuuz Abaadiy -Rahimahulloh- berkata: “BAB FIRQOH MURJI’AH, QADARIYYAH, ASY’ARIYYAH. Tidak ada satu pun hadits di dalam (bab) ini yang sah”.
Fadhilatusy-Syaikh Yahya bin ‘Aliy Al-Hajuuriy.-Hafidhohulloh- berkata:
“Hadits: “Al-Qadariyyah majusi umat ini”
diriwayatkan dari beberapa jalan yang seluruhnya tidak lepas dari
kelemahan. Seorang peneliti hadits berhak untuk berijtihad dalam hal
ini. Lihat kitab As-Sunnah karya ibnu Abi ‘Aashim (1/229-237)”.
Al-Fairuuz Abaadiy -Rahimahulloh- berkata: “BAB KALAMULLAH (PERKATAAN ALLOH) QADIIM (YAITU SIFATNYA TERDAHULU). Tidak
ada satu pun di dalam (bab) ini yang sesuatu sah, dan seluruh yang
diriwayatkan di dalamnya merupakan perkataan para Shohabat dan
Taabi’in”.
Fadhilatusy-Syaikh Yahya bin ‘Aliy Al-Hajuuriy.-Hafidhohulloh- berkata:
“Imam Al-Lalikaa’iy dalam (kitabnya) ‘Itiqad ahlissunnah (2/249) menulis bab: “Konteks penyebutan dari apa-apa yang diriwayatkan dari Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam
yang menunjukkan bahwasanya Al-Quran merupakan sifat Allah yang
terdahulu”, dan beliau menyebutkan hadits Abu Hurairoh tentang
perbantahan antara Adam dengan Musa. Di dalam hadits tersebut Adam
berkata kepada Musa: “Engkau adalah Musa yang Alloh mengajakmu berbicara
dan memilihmu sebagai Rasul, dan menurunkan kepadamu kitab Taurat.
Kemudian, apakah aku lebih dahulu ada ataukah penyebutanku -yaitu di
dalam kitab Taurat-?”. Lafadh tambahan ini diriwayatkan oleh Ahmad di
dalam musnadnya (2/464), dan ‘Ammar bin Abi ‘Ammar telah bersendirian
dalam meriwayatkan lafadh ini yaitu: “Apakah aku lebih dahulu ada
ataukah penyebutanku”. Padahal hadits ini datang dari beberapa jalan
dari Abu Hurairoh dan tidak ada di dalamnya tambahan lafadh ini, lihat
Fathul Baariy (11/ 508). ‘Ammar (bin Abi ‘Ammar) adalah perowi yang
derajatnya shoduq hanya saja terkadang keliru, ini merupakan lafadh tambahan yang ganjil”.
Beliau (Al-Lalikaa’iy) menyebutkan juga
hadits bahwasanya Alloh membaca surat Thaaha dan Yaasiin seribu tahun
sebelum penciptaan Adam, hadits ini palsu. Ibnu Katsir di dalam
tafsirnya (3/142) mengatakan: “Ini hadits yang ganjil (lemah) dan pada
(lafadh)nya terdapat sesuatu yang diingkari. (Dua perowinya) Ibrohim bin
Muhaajir dan syaikhnya, diperbincangkan (akan ketsiqohannya)”.
Ibnul Jauziy di dalam Al-Maudhu’aat (1/68) mengatakan: “ini hadits palsu”.
Ibnu ‘Adiy mengatakan:
“Tidak aku temui satu hadits pun yang dimiliki oleh Ibrohim yang lebih
munkar dari hadits ini. Hal ini dikarenakan tidak ada yang
meriwayatkannya selainnya dirinya”.
Ibnul Jauziy di
Al-Maudhu’aat (1/151) mengatakan: “Perkataan-Nya merupakan salah satu
sifat dari sifat-sifat-Nya, sementara sifat-sifat-Nya terdahulu. Ini
cukup untuk menunjukkan keterdahuluan sifat kalam (perkataan)-Nya.
Sebagian orang suka menonjol-nonjolkan dirinya sebagai seorang yang
berilmu maka merekapun membuat hadits-hadits palsu untuk menunjukkan
keterdahuluan sifat kalam (perkataan)-Nya”.
Al-Muushiliy dalam Al-Mughniy (hal: 3) mengatakan: “Ibnul Jauziy Rahimahulloh mengatakan: “Telah datang di dalam bab ini hadits-hadits, tidak satu pun yang sah”.
Al-Fairuuz Abaadiy –Rahimahulloh- berkata: “BAB PENCIPTAAN MALAIKAT. Terdapat satu Hadits yang dinisbatkan kepada Abu Hurairoh Rodhiyallohu ‘anhu bahwasanya Alloh Subhanahu wa ta’ala
memerintahkan Jibril pada setiap pagi untuk masuk ke dalam lautan
cahaya maka Jibril pun mencelupkan dirinya ke dalamnya dengan satu
celupan kemudian ia keluar dengan tubuh yang gemetar maka keluarlah dari
dirinya 70000 tetesan yang mana dari setiap tetesan tersebut Alloh
menciptakan seorang Malaikat, hadits ini diriwayatkan dari banyak jalan
tidak satu pun darinya yang shahih”.
Fadhilatusy-Syaikh Yahya bin ‘Aliy Al-Hajuuriy.-Hafidhohulloh- berkata:
“Ibnul Jauziy di
Al-Maudhuu’aat (1/99) mengatakan: “Al-Hafidh Abdul Ghaniy mengatakan:
“Dengan sanad ini, hadits ini munkar, tidak ada baginya satu landasan
pun baik dari Az-Zuhriy dan tidak pula dari Sa’id dan tidak pula dari
Abu Huroiroh. tidak ada yang sah dari Rosululloh Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari jalan ini dan tidak pula dari yang lainnya”.
Al-Fairuuz Abaadiy -Rahimahulloh- berkata: “BAB FADHILAH (KEUTAMAAN) MEMBERI NAMA DENGAN ‘MUHAMMAD’ DAN ‘AHMAD’ DAN LARANGAN DARI HAL TERSEBUT. Tidak ada satu hadits pun dalam bab ini yang sah”.
Fadhilatusy-Syaikh Yahya bin ‘Aliy Al-Hajuuriy.-Hafidhohulloh- berkata:
“Tidak ada satu pun dalil yang gamblang yang sah. Ibnul-Qayyim di Al-Manaar Al-Muniif (hal: 61) berkata: “Di dalam (bab) ini ada satu juz keseluruhannya dusta”.
Al-Mushiliy di
Al-Mughniy (hal: 5) berkata: “Abu Haatim Ar-Raazy mengatakan: ”Telah
diriwayatkan dalam bab ini sejumlah hadits dari Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam, tidak ada satu pun (darinya) yang shohih”.
Fadhilatusy-Syaikh Yahya bin ‘Aliy Al-Hajuuriy.-Hafidhohulloh- berkata:
“Adapun keutamaan mengambil
nama-nama para nabi sebagai nama maka (telah diriwayatkan tentang
masalah ini) hadits Al-Mughirah di dalam shohih Muslim (no: 2135) dia
berkata: “Ketika aku tiba di (negeri) Najran maka mereka (penduduknya)
bertanya kepadaku: “Sesungguhnya kalian membaca: Wahai saudari Harun[1]. Sedangkan zaman Musa (jauh) sebelum ‘Isa[2], dan seterusnya. Maka ketika aku menjumpai Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam
kutanyakan hal tersebut kepada beliau, maka beliau berkata:
“Sesungguhnya mereka dahulu memberikan nama dengan nama-nama para Nabi
dan orang-orang sholih sebelum mereka”.
Al-Fairuuz Abaadiy -Rahimahulloh- berkata: “BAB TENTANG AKAL DAN KEUTAMAANNYA. Tidak ada satu pun di dalam (bab) ini hadits yang sah”.
Fadhilatusy-Syaikh Yahya bin ‘Aliy Al-Hajuuriy berkata -Hafidhohulloh-:
“Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah di kitabnya Naqd Al-Manquul (hal: 60) berkata: “Pasal: hadits-hadits tentang akal seluruhnya dusta”.
Al-Haafidh di dalam
Al-Mathoolib Al-‘Aliyyah (3/ 13) berkata: “Hadits-hadits tentang akal
seluruhnya palsu, tidak ada satu pun di dalamnya yang sah”.
Al-Mushiliy di dalam Al-Mughniy (hal: 6) berkata: “Al-‘Uqailiy mengatakan: “Tidak ada di dalam matan ini suatu yang sah”.
Abu Haatim -yaitu ibnu Hibban- mengatakan: “Tidak ada dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam (satu pun) khabar yang shohih tentang akal”.
Fadhilatusy-Syaikh Yahya bin ‘Aliy Al-Hajuuriy -Hafidhohulloh- berkata:
“Al-Harits di dalam Musnadnya
telah menyebut sejumlah besar dari hadits ini sebagaimana yang telah
disebutkan oleh Al-Haitsamiy di dalam Bughyah Al-Baahits (no: 255 dan
setelahnya dari bab tersebut) seluruhnya lemah, akan tetapi dalil
tentang keutamaan akal yang bukan berupa nash (sesuatu yang gamblang)
cukup banyak (di antaranya) dari Al-Quran dan As-Sunnah yang shohih.
Telah kami kami sebutkan sejumlah darinya di dalam sebuah kaset, Insya
Alloh akan dicetak”.
Al-Fairuuz Abaadiy -Rahimahulloh- berkata: “BAB PANJANG UMUR AL-KHIDHIR DAN ILYAS SERTA KEBERADAAN KEDUANYA -YAITU HINGGA SEKARANG-. Tidak ada satu pun di dalam (bab) ini hadits yang sah”.
Fadhilatusy-Syaikh Yahya bin ‘Aliy Al-Hajuuriy -Hafidhohulloh- berkata:
“Adz-Dzahaabiy di
Taarikh Al-Islam (8/ 156) berkata pada biografi ‘Abdulloh bin Muawwiyah
bin ‘Abdillah bin Ja’far bin Abi Tholib Al-Haasyimiy: “Abu Muhammad bin
Hazm telah menyebutkan di kitab Al-Milal wa An-Nihal: ”Dia –yaitu
Abdulloh- adalah seorang yang jelek agamanya, meniadakan sifat Alloh,
memiliki akidah Dahriyyah. Sebagian pengikut pemahaman Al-Kaisaaniyyah
meyakini bahwasanya ia masih hidup dan belum mati, serta bahwasanya ia
berada di suatu gunung di negeri Ashbahan, yang mana (suatu saat) ia
mesti muncul. Maka jadilah mereka-mereka ini dan yang semisal mereka
berada di atas jalannya orang-orang Yahudi yang meyakini bahwasanya dua
raja yaitu: Shiddiq bin ‘Abiid dan Fanhahs bin Al-‘Aziir masih hidup
sampai sekarang. Sebagian pemeluk aliran Shufiyyah mengikuti keyakinan
ini dan menyangka bahwasanya Al-Khidir dan Ilyaas keduanya masih hidup
sampai dengan sekarang, sebagian mereka mengaku telah berjumpa dengan
Ilyaas di negeri Al-Fuluut dan Al-Khidir di negeri Al-Muruuj”.
Ibnul Jauziy
menyebutkan di dalam Al-Muntadhom (1/ 361- 365): “Pasal: Perselisihan
para Ulama tentang Al-Khidir akan hidup dan matinya”, dia berkata:
“Sebagian kaum menyangka bahwasanya Al-Khidir masih hidup sampai
sekarang, berhujjah dengan hadits-hadits yang tidak sah dan
hikayat-hikayat kaum-kaum Sulaimiy Ash-Shudur. Sebagian mereka berkata:
“Aku telah berjumpa dengan Khidir”. Lalu beliau -Ibnul Jauziy-
menyebutkan hadits-hadits dan hikayat-hikayat tersebut. Kemudian
berkata: ”Seluruh hadits-hadits ini tidak sah”.
Abul Husain bin Al-Munaadiy berkata -aku
menukilnya dari tulisan tangannya (Ibnul Jauziy)- tentang umur Khidir
dan apakah ia masih ada di dunia ini atau tidak?, ternyata kebanyakan
orang yang sangat lalai tertipu (dan menyangka) bahwasanya ia masih
hidup dengan alasan satu hadits yang telah diriwayatkan. Kemudian beliau
(al-Munaadiy) menyebutkan sebagian dari apa yang telah kami sebutkan.
Kemudian beliau (Al-Munaadiy) berkata:
“Adapun hadits Anas maka adalah hadits palsu, dan atsar ibnu ‘Abbas
lemah (dikarenakan seoarang perawi yang bernama) Al-Hasan bin Raziin.
Sementara perkataan Al-Husain (bin ‘Ali), maka perkataan tersebut
diambil dari pemeluk selain agama kita yang memiliki keterkaitan dengan
kisah yang disebutkan sebagian mereka: bahwasanya Khidir (pernah)
meminum air dari sungai yang dilewati oleh Dzul Qarnain, dan juga
terkait dengan kisah yang disebutkan bahwasanya dia (Khidir) adalah
laki-laki yang bakal dibunuh oleh Dajjal. Yang menyandarkan berita
tersebut adalah ahlu dzimmah (Ahlul Kitab) sehingga gugurlah
(kebenarannya) disebabkan ketidak jujuran mereka. Adapun atsar Maslamah
tidaklah teranggap, kabar angin (istilah karena tidak bisa diterimanya
kabar dari orang tersebut) bagaikan angin. Kemudian Alloh membentangkan
kepada As-Sariy dan Dhomrah (dalam hikayat-hikayat yang lemah tentang
masalah ini) semoga Alloh memaafkan keduanya. Dimanakah Khidir ketika
ada kabar gembira kepada Abu Bakar dan Umar tentang kekhilafan mereka?
Kabar-kabar ini lemah dari awal sampai
akhir, tidak terlepas keadaannya dari dua perkara: (1) kabar-kabar ini
diselipkan ke dalam hadits oleh sebagian perawi mutaakhirin
(belakangan) tanpa mereka sadari, atau (2) sebagian orang mengetahui
kelemahannyanya namun meriwayatkannya berita-berita tersebut karena
keheranan dengan Isi berita tersebut, lalu orang-orang setelahnya
menisbatkan berita kepada mereka dalam bentuk pembenaran…”.
والحمد لله رب العالمين
Dari kitab: RISALAH FII BAYAAN MA LAM YATSBUT FIIHI HADITS MINAL ABWAAB hal 7-10
[1] Maksudnya Maryam (QS Maryam 28)
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Masyhur Tapi Tidak Sah Dari Rosululloh Shallallahu ‘alayhi wa sallam
Ditulis oleh Admin
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://risalahkajian.blogspot.com/2013/03/masyhur-tapi-tidak-sah-dari-rosululloh.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Admin
Rating Blog 5 dari 5