Ulah para fanatik dalam memasulkan hadits

Posted by Admin 0 comments
Ditulis oleh: Abu Ubaidillah ‘Amir bin Munir bin Hasan Al-Atsihy
بسم الله الرحمن الرحيم
Mencintai orang yang shalih dari kaum muslimin atau para shahabat Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam serta loyalitas yang tinggi terhadap mereka adalah merupakan perkara yang Alloh perintahkan. Akan tetapi tidaklah selayaknya apabila hal tersebut sampai mendorong seseorang untuk bersikap ghuluw (ekstrim) terhadap mereka. Al-Imam Ath-Thahawiy -Rahimahulloh- berkata di dalam matan Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah:

وَنُحِبُّ أَصْحَابَ رسُولِ الله صلى الله عليه وسلم، وَلاَ نُفْرِطُ  في حُبِّ أَحَدٍ مِنْهُم؛ وَلاَ نَتَبَرَّأُ مِنْ أَحَدٍ مِنْهُم، وَنُبْغِضُ مَنْ يُبْغِضُهُم، وَبِغَيْرِ الخَيْرِ يَذْكُرُهُم، ولا نُذْكُرُهُم إِلاَّ بِخَيْرٍ, وَحُبُّهُم دِينٌ وإيمَانٌ وإحْسَانٌ، وَبُغْضُهُم كُفْرٌ ونِفَاقٌ وطُغْيَانٌ.
“Kita mencintai Sahabat Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam dengan tidak berlebih-lebihan dalam mencintai salah seorang dari mereka dan dengan tidak pula berlepas dari salah seorang dari mereka. Kita membenci siapa yang membenci mereka dan yang menyebut-nyebut mereka bukan dengan kebaikan. Kita tidaklah menyebut mereka melainkan dengan kebaikan, mencintai mereka adalah suatu bentuk agama, keimanan dan ihsan. Membenci mereka adalah suatu bentuk kekufuran, nifak dan kesewenang-wenangan.”
Al-’Allamah Sholih bin Abdul ‘Aziz Alu Asy-Syaikh -Hafidhohulloh- berkata di dalam menjelaskan makna perkataan Al-Imam Ath-Thahawiy -Rahimahulloh- ini: “Manhaj (metode) Ahlus sunnah wal Jama’ah dan Akidah mereka yaitu memuji dan mencintai seluruh shahabat Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam, kecintaan yang sesuai dengan batasan syariat yang tidak melampaui batas sehingga melebihi batasan yang diizinkan serta tidak pula bersikap ghuluw (ekstrim) dan tidak pula meremehkan mereka dengan mencela atau mencaci sebagian mereka atau berlepas diri dari sebagian mereka atau tidak menetapkan keadilan mereka”.
Sebagian Ahlul Ahwa’, karena kecintaan mereka yang sangat besar kepada pemimpin-pemimpin mereka telah mendorong mereka untuk berani berdusta atas nama Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam, sehingga membuat hadits-hadits palsu untuk mendukung keyakinan atau mazhab yang mereka yakini. Berikut akan kami sebutkan beberapa bab hadits yang disebutkan di dalamnya hadits-hadits yang dibuat-buat oleh Ahlul Ahwa’ yang kami kutip dari kitab Risalah fii maa lam yatsbut fiihi Hadits min Al-Abwab karya Al-’Allamah Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh- yang diberi catatan oleh Fadhilah Asy-Syaikh Yahya bin Ali -Hafidhahulloh- dan sumber bacaan yang lainnya.
Bab Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq -Radhiyallohu ‘anhu-.
Ibnu Abi Al-Hadid Berkata sebagaimana yang dinukilkan oleh DR. Mubarak bin Muhammad bin Hamd Ad-Du’ailaj di dalam kitabnya Al-Wad’u fii Al-Hadits hal: (66) : “Bahwasanya asal-usul kedustaan dalam hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan-keutamaan adalah datang dari Syi’ah. Sesungguhnya mereka di awal kalinya, mereka membuat hadits yang bermacam-macam tentang keutamaan pemimpin-pemimpin mereka… Ketika kelompok Al-Bakriyyah (yaitu suatu kelompok yang fanatik kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallohu ‘anhu, -pent) melihat apa yang diperbuat oleh Syi’ah, maka merekapun membuat hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan bagi pemimpin-pemimpin mereka untuk menentang hadits-hadits tersebut”.
Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh- berkata pada hal: (13) : “Yang paling masyhur dari riwayat-riwayat yang masyhur dalam bab ini yaitu hadits:
أَنَّ اللهَ يَتَجَلَّى لِلنَّاسِ عَامَةً وَيَتَجَلَّى لأَبِي بَكرٍ خَاصَّةً.
“Sesungguhnya Alloh menampakkan dirinya kepada manusia secara umum dan menampakkan dirinya di hadapan kepada Abu Bakar secara khusus”. Hadits palsu.
Asy-Syaikh Yahya bin ‘Ali -Hafidhahulloh- berkata: “Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadiy di dalam kitab Tarikh-nya (2/388), ia berkata: “Hadits batil” dan dikeluarkan juga oleh Ibnu ‘Adiy di dalam Al-Kaamil (5/216) dan ia berkata: “Hadits dengan sanad ini batil. Penilaiannya pada Ali bin ‘Abdah ini (salah satu perowinya), tidaklah ia memiliki kecuali hadits mungkar atau hadits yang ia curi dari seorang perawi yang tsiqah (tepercaya) lalu ia riwayatkan.” Dan dikeluarkan juga oleh Ibnu ‘Asakir di dalam Tarikh Dimasq (30/ 160-163) dari beberapa jalan dan ia berkata: “Al-Khatib berkata: “(Hadits ini) di sisi orang-orang yang memiliki pengetahuan akan ilmu periwayatan tidaklah ada asalnya menurut yang kami ketahui. Muhammad bin Abdulloh telah membuat bagi hadits ini sanad matan yang palsu”. Ibnu Al-Jauziy berkata di dalam kitab Al-Maudhu’at (2/45): “Hadits ini tidalah sah dari seluruh jalannya”. Al-Hafidh -yaitu Ibnu Hajar- menyebutkan hadits ini (2/64) ia berkata: “Hadits ini memiliki beberapa jalan, semuanya lemah”.
Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh- berkata pada hal: (13-14): “… dan hadits:
مَا صَبَّ اللهُ فيِ صَدرِي شَيئًا إِلاَّ صَبَبتُه فيِ صَدرِ أَبيِ بَكرٍ.
“Tidaklah Alloh telah menuangkan sesuatu ke dalam dadaku melainkan aku telah menuangnya ke dalam dada Abu Bakar” dan hadits:
كَانَ صَلىَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِذَا اشتَاقَ إِلىَ الجَنَّةِ قَبَّلَ شَيبَة أَبيِ بَكرٍ.
“Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam apabila rindu terhadap jannah maka ia mencium Abu Bakar” dan hadits:
أَنَا وَأَبُو بَكرٍ كَفَرَسَي رَهَّان.
“Aku dan Abu Bakar bagaikan dua ekor kuda yang saling berlomba”
Asy-Syaikh Yahya bin ‘Ali Hafidhahulloh berkata: “Hadits-hadits ini tidak aku dapatkan siapa yang telah mengeluarkannya, Ibnu Al-Jauziy menyebutkan hadits-hadits ini di dalam kitabnya Al-Maudhu’at (2/64), ia berkata: “Aku tidak melihat satu atsar pun di dalam (hadits-hadits) yang sahih dan tidak pula di dalam yang palsu, hanya saja hadits ini didengar dari orang-orang awam”. Ibnu Al-Qayyim menyebutkan hadits ini  di dalam kitab Al-Manar Al-Muniif (115) dia berkata: “(Hadits ini) di antara yang dibuat-buat oleh orang-orang bodoh yang menisbahkan diri mereka kepada As-Sunnah tentang keutamaan As-Shiddiq -Radhiyallohu anhu-”.
Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh- berkata pada hal: (14): “Dan hadits bahwasanya Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam berkata:
إن الله لما خلق الأرواح اختار روح أبي بكر.
“Sesungguhnya Alloh ketika telah menciptakan ruh-ruh maka Ia memilih ruh Abu Bakar”.
Asy-Syaikh Yahya bin Ali Hafidhahulloh berkata: “Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Khatib di dalam kitab Tarikh-nya (14/35) di dalam biografi Harun bin Ahmad Al-’Allaf yang dikenal dengan Al-Qattan, dia berkata: “Aku- yaitu Al-Khatiib – berkata: “Hadits ini tidak sah, (walau) perawi-perawi yang ada di dalam sanadnya semuanya tsiqah (terpercaya). Bisa jadi (hadits ini) tersamarkan bagi Asy-Syaikh Al-Qattan ini (dengan hadits yang lain) atau disisipkan ke dalam kitabnya tanpa ia sadari”.
Adz-Dzahabiy menyebutkan hadits ini kitabnya Miizan Al-I’tidal di dalam biografi Harun ini, ia berkata: “ia telah meriwayatkan satu hadits batil, sepertinya Al-Miskiin menyisipkan (hadits ini) ke dalam kitabnya tanpa ia menyadarinya”. Adz-Dzahabiy berkata dalam biografi Ibnu Babasyadz: “Ia dihukumi tsiqah oleh Ad-Daruquthniy hanya saja ia membawa malapetaka yang tidak ada jalan keluarnya“. Kemudian beliau (Adz-Dzahabiy) menyebutkan hadits tersebut beserta sumbernya yaitu pada Takhrij (penjelasan sumber hadits) Al-Hafizh Abul Hasan Ali bin Muhammad Al-Jurjaniy” di dalam Tarikh Jurjan. Setelah itu beliau berkata: “Kelihatannya hadits disisipkan tanpa disadari pada Ibnu Babasyadz”. Adz-Dzahabiy berkata di dalam Ringkasan Al-Maudhu’at (209): aku katakan: “Bahkan (hadits) ini diantara seburuk-buruk kedustaan”.
Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh- berkata pada hal: (14): “… dan (hadits-hadits) yang semisal dengannya dari kebohongan-kebohongan yang dihukumi batil tanpa harus berpikir panjang”.
Asy-Syaikh Yahya bin Ali -Hafidhahulloh- berkata: Ibnu Al-Jauziy -Rahimahulloh- berkata di dalam kitab Al-Maudhu’at (2/40): “Satu kaum yang telah bersikap fanatik – semoga mereka tidak mendapat bagian bagi mereka dari apa yang mereka telah perbuat- mengajak untuk berpegang teguh dengan sunnah. Mereka membuat hadits palsu tentang keutamaan-keutamaan Abu Bakar, diantara mereka ada yang bertujuan untuk menentang Ar-Rafidhoh atas hadits-hadits palsu yang mereka buat untuk Ali.
Kedua kelompok ini berada di atas kesalahan, padahal kedua pemimpin ini cukup dengan keutamaan-keutamaan yang shohih dan terang daripada suatu ungkapan dan kedustaan”.
Asy-Syaikh Yahya bin Ali -Hafidhahulloh- berkata: Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq -Radhiyallohu anhu- cukup banyak di antaranya firman Alloh ta’ala:
إِذ هُمَا فيِ الغَارِ إِذ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحزَن إِنَّ اللهَ مَعَنَا.
“Ketika keduanya berada di dalam gua, berkatalah sahabatnya: jangankan engkau bersedih, sesungguhnya Alloh bersama kita”. (At-Taubah: 30).
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari hadits Abu Bakar -Radhiyallohu ‘anhu- no (3653) dan juga Imam Muslim no (2381), dia -yaitu Abu Bakar- berkata: “Aku melihat kaki-kaki orang musyrikin ketika kami di dalam gua dan mereka berada di atas kepala-kepala kami, aku berkata: Wahai Rasululloh, seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah kaki mereka niscaya mereka akan melihat kita”, beliau Shallallohu ‘alaihi wa sallam berkata:
مَاظَنُّكَ يَا أَبَا بَكرٍ بِاثنَينِ اللهُ ثَالِثُهُمَا.
“Apa persangkaanmu wahai Abu Bakar terhadap orang yang berdua, Alloh yang ketiganya”
Imam Muslim telah mengeluarkan hadits di dalam Shahih-nya no: 532 dari hadits Jundub -Radhiyallohu ‘anhu- bahwasanya Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam berkata:
لَو كُنتُ مُتَّخِذًا خَلِيلاً لَاتَّخَذتُ أَبَا بَكرٍ خَلِيلاً وَلَكِن خُلَّةُ الإِسلاَمِ أَفضَل سَدُّوا كُلَّ خَوخَة فيِ هَذَا المَسجِد غَيرَ خَوخَةِ أَبيِ بَكرٍ.
“Seandainya aku mengambil seorang sebagai khalil (orang yang paling dicintai) sungguh aku akan mengambil Abu Bakar sebagai khalil, hanya saja cuma ada shahabat dalam Islam, dan tutup seluruh pintu kecil yang ada di masjid kecuali pintu Abu Bakar”(1).
Hadits mengenai: “tutup pintu-pintu kecil kecuali pintu Abu Bakar”, telah sah dari riwayat-riwayat sekelompok ulama yang lain.
Imam Al-Bukhari telah meriwayatkan hadits  no: 3662 dan Muslim no: 2384 dari ‘Amru bin Al-’Ash Radhiyallohu ‘anhu bahwasanya beliau berkata kepada Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam: “Siapakah orang yang paling engkau cintai?”, Beliau berkata : “Aisyah”, aku berkata: “dari golongan laki-laki?”, beliau berkata: “Ayahnya”, Aku berkata: “kemudian siapa?”, beliau berkata: “Umar bin Al-Khattab”, lalu ia menghitung beberapa laki-laki.
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dan yang lainnya terdapat hadits:
مُرُوا أَبَا بَكرٍ لِيُصَلِّ بِالنَّاسِ.
“Perintahkan Abu Bakar untuk mengimami orang-orang“
Di dalam topik ini terdapat dalil-dalil yang banyak yang menyebutkan keutamaan Abu Bakar Radhiyallohu ‘anhu, bersamaan itu juga merupakan ijma’ umat bahwasanya Abu Bakar adalah orang yang paling utama umat ini setelah Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi penulis –yaitu Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh-, pent- menghendaki bahwasanya hadits-hadits tersebut -yang menyebutkan tentang keutamaannya- tidak sah. Aku -yaitu Asy-Syaikh Yahya Hafidhohulloh, pent- berkata: “Hadits-hadits yang sah telah mencukupi dari hadits-hadits tersebut”
Bab Keutamaan Ali bin Abi Thalib -Radhiyallohu ‘anhu-.
Telah banyak pemalsuan hadits yang muncul dari kelompok Syiah sehingga hal itu telah membuat jeleknya kota Irak, dan menjadikan penduduk Ahli Madinah menjauhi hadits-hadits yang datang dari Irak. Al-Imam Malik -Rahimahulloh- telah memperingatkan untuk  berhati-hati dari hadits-hadits yang bersumber dari Irak. Bukan hanya itu, bahkan mereka telah merusak nama Ali bin Abi Thalib -Radhiyallohu ‘anhu- dan ilmunya.
Abu Ishaq berkata: “Setelah mereka membuat perkara-perkara baru tersebut setelah wafatnya Ali -Radhiyallohu ‘anhu- berkatalah seorang sahabat Ali: “Semoga Alloh memerangi mereka! Seluruh ilmu telah mereka rusak”
Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh- berkata pada hal (15): “mereka -yaitu orang-orang Rafidhoh, pent- membuat hadits-hadits palsu yang tidak terhitung banyaknya, …”
Asy-Syaikh Yahya bin Ali -Hafidhahulloh- berkata: “Al-Imam Ibnu Al-Qayyim berkata di dalam Al-Manaar Al-Muniif (116): “Adapun yang hadits-hadits palsu tentang keutamaan Ali yang dibuat oleh Ar-Rofidhoh adalah sangatlah banyak untuk dihitung”, Al-Hafidh Abu Ya’laa Al-Khaliliy berkata di dalam kitab Al-Irsyad: “Ar-Rofidhoh telah membuat hadits-hadits palsu tentang keutamaan Ali dan Ahlul bait kurang lebih sebanyak 300.000 hadits”, dan ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Sesungguhnya apabila engkau menelusuri apa-apa yang ada pada mereka dari hadits-hadits tersebut niscaya akan engkau dapatkan sebagaimana beliau sebutkan.
Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh- berkata pada hal (15): “… diantara yang paling buruk yaitu hadits-hadits yang terkumpul di dalam kitab Al-Washoya An-Nabawiyyah, setiap hadits darinya dimulai dengan: “Wahai Ali”, yang sah dari sejumlah hadits-hadits tersebut yaitu satu hadits:
يَا عَلِيُّ أَنتَ مِنِّي بِمَنزِلَةِ هَارُونَ مِن مُوسَى.
“Wahai Ali, engkau dari kedudukanku sebagai kedudukan Harun dari Musa”.
Asy-Syaikh Yahya bin Ali -Hafidhahulloh- berkata: “Demikian juga keutamaan Ali Radhiyallohu ‘anhu cukup banyak. Diantaranya hadits yang dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari no: 3009 dan Muslim no: 2406 dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallohu ‘anhu, Beliau Shallallohu ‘alaihi wa sallam berkata:
لَأُعطِيَنَّ الرَايَةَ غَدًا رَجُلاً يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُولُهُ يَفتَحُ اللهُ عَلى يَدَيه.
“Akan aku berikan besok bendera ini untuk seorang laki-laki yang mencintai Alloh dan Rosul-Nya, serta Alloh dan Rosul-Nya mencintainya, Alloh Akan membukakan kemenangan dengan tangannya”.
Dan hadits Ali yang dikeluarkan oleh Muslim no: 78:
لاَ يُحِبُّنِي إِلاَّ مُؤمِنٌ وَلاَ يُبغِضُنِي إِلاَّ مُنَافِقٌ.
“Tidaklah mencintaiku melainkan ia seorang mukmin, dan tidaklah membenciku melainkan ia seorang munafik”.
Akan tetapi orang-orang Syiah menggabungkan hadits-hadits yang palsu dan munkar kepada keutamaan-keutamaannya yang shahih, di antaranya apa yang yang telah disebutkan oleh penulis -yaitu Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh-, pent- di sini”.
Ibnu Al-Jauziy Rahimahulloh berkata di dalam Al-Maudhu’at (2/92): “Keutamaan-keutamaannya yang shahih, banyak. Hanya saja Rofidhoh tidak merasa cukup sehingga mereka membuat untuknya hadits-hadits palsu yang justru akan menjatuhkan kedudukannya, tidak mengangkatnya. Mereka menyisipkan kata-kata untuk berdalil pada kebatilan. Ketahuilah bahwasanya Rofidhoh ada tiga kelompok: (1) Kelompok yang mendengar sesuatu hadits lalu membuat hadits-hadits palsu, menambahi serta mengurangi. (2) Kelompok yang tidak pernah mendengar hadits. Maka engkau akan mendapatkan mereka berdusta atas nama Ja’far As-Shodiq dengar berkata: “Ja’far berkata, dan fulan berkata”. Kelompok yang ke(3): Orang-orang awam lagi bodoh. Mereka menygatakan apa saja yang mereka inginkan, baik yang sesuai akal dengan atau tidak. Rofidhoh telah membuat suatu kitab dalam bab fikih dan mereka menamakannya mazhab Al-Imamiyyah dan mereka menyebutkan di dalamnya perkara-perkara yang merusak ijma’ kaum muslimin tanpa disertai dalil sama sekali”.
Bab Keutamaan Muawwiyah bin Abi Sufyan -Radhiyallohu ‘anhu-.
Ta’ashshub (sikap fanatik) kepada suatu madzhab atau pemimpin suatu kelompok benar-benar telah memberi pengaruh yang sangat besar bagi kaum Muslimin dalam kehidupan bermasyarakat. hal itu telah menyeret mereka untuk saling berselisih, berpecah, bertengkar, mencaci maki, saling bersikap kasar, berdusta untuk kepentingan kelompok, mengkafirkan, melaknat, dan pada akhirnya berani untuk menumpahkan darah orang-orang yang menyelisihinya. Sebagaimana yang terjadi antara pengikut-pengikut madzhab yang empat. Imam An-Nasa’i merupakan salah satu diantara para ulama yang menjadi korban keganasan dari sikap fanatik dari orang-orang yang ghuluw terhadap salah seorang sahabat. Disebutkan di dalam biografinya (Lihat  kitab Al-’Alam karya Az-Zirikliy, dan Wafayat Al-’Ayaan karya Ibnu Khalkan, dan yang lainnya) bahwasanya beliau ditanya tentang Muawwiyah -Radhiyallohu ‘anhu- dan keutamaan-keutamaannya. Maka beliau -Rahimahulloh- menjawab: “Aku tidak mengetahui satu hadits pun yang menyebut keutamaannya, kecuali hadits: semoga Alloh tidak mengenyangkan ia”. Mendengar perkataannya tersebut maka orang-orang pun marah dan memukulnya ketika beliau berada di dalam Masjid, serta mengeluarkannya dari negeri Damaskus dalam keadaan sakit. Kemudian beliau di bawa ke Makkah dan wafat disana.
Al-Hafidh Abu Nuaim Al-Ashbahaniy -Rahimahulloh- berkata: “Beliau telah menulis satu kitab Al-Khashaaish yang menyebutkan keutamaan Ali bin Abi Thalib -Rahimahulloh- dan Ahlul bait. Maka beliau ditanya tidakkah engkau menulis kitab tentang keutamaan sahabat -Radhiyallohu ‘anhum-?. Beliau menjawab: “Aku masuk ke kota Damaskus dalam keadaan banyak orang-orang yang menyelisihi Ali, aku berkeinginan agar Alloh memberi mereka petunjuk dengan kitab ini”.
Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh- berkata pada hal (16): “Tidak ada dalam bab ini satu hadits yang sahih”.
Imam Al-Bukhari Rahimahulloh telah menulis satu bab di dalam Sahih-nya di dalam kitab: Keutamaan para sahabat no.bab: 28, Beliau berkata: “Bab akan penyebutan Muawwiyah -Radhiyallohu ‘anhu-”. Beliau menyebutkan bahwasanya Ibnu Abi Mulaikah berkata: “Muawwiyah mengerjakan sholat witir satu rakaat setelah Isya dan di sisinya ada seorang maula milik ibnu Abbas, maka ia mendatangi Ibnu Abbas. Maka ia -yaitu Ibnu Abbas, pent- berkata: “Ia telah melakukan suatu yang benar. Biarkan ia sesungguhnya ia telah bersahabat dengan Rasululloh”. Di dalam satu riwayat setelah itu: “Sesungguhnya ia seorang fakih”.
Al-Hafidh ibnu Hajar -Rahimahulloh- berkata di dalam kitab Fath Al-Baariy pada hadits no: 3764: “Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwasanya Imam Al-Bukhari memberikan ungkapan di dalam bab ini dengan perkataannya: ‘penyebutan’, bukan dengan ungkapan: ‘keutamaan’ dan juga bukan dengan ungkapan: ‘kebajikan’, dikarenakan pada hadits yang beliau tampilkan pada bab tersebut idak menunjukkan keutamaan (langsung). Namun (diambil) dari yang tampak dari persaksian Ibnu Abbas akan kefakihannya dan persahabatannya (yaitu dengan Rasulullah, -pent-) yang menunjukkan bahwa hal itu adalah sebuah keutamaan yang banyak. Ibnu Abi ‘Ashim telah menulis satu tulisan yang menyebutkan kebajikan-kebajikannya, demikian juga Abu Umar ghulam tsa’lab dan Abu Bakar An-Naqqasy. Ibnu Al-Jauziy menyebutkan di dalam kitab Al-Maudhu’at beberapa hadits yang mereka sebutkan kemudian menyebutkan dari Ishaq bin Rahawaih bahwasanya ia berkata: “tidak ada satu pun (hadits) yang menyebutkan keutamaan Muawwiyah”. Point ini sebab menghindarnya Al-Bukhari dari mengungkapkan dengan kata: ‘kebajikan’ bersandarkan kepada perkataan Syekhnya (yaitu ishaq). Akan tetapi dengan penglihatannya yang sangat mendalam ia mengeluarkan suatu hasil kesimpulan yang akan menolak kepala-kepala rofidhoh. Kisah Al-Imam An-Nasa’i tentang hal ini adalah masyhur, sepertinya Al-Bukhory juga bersandar kepada perkataan Syekhnya yaitu Ishaq, demikian pula di dalam kisah Al-Imam Al-Hakim. Ibnu Al-Jauziy mengeluarkan juga dari jalan Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, (beliau berkata:) aku bertanya kepada ayahku: “Apa yang akan engkau katakan perihal Ali dan Muawwiyah?”. Ia diam kemudian berkata: “Ketahuilah bahwasanya Ali memiliki banyak musuh, maka musuh-musuhnya berusaha untuk mencari-cari aibnya akan tetapi tidak mereka dapatkan. Maka mereka berusaha untuk mendekati seorang yang telah memeranginya, maka mereka mengelilinginya dengan makar-makar mereka terhadap Ali”. Beliau mengisyaratkan dengan ini bahwa hadits-hadits yang mereka buat tentang keutamaan-keutaman Muawwiyah yang tidak ada asalnya. Telah datang hadits yang banyak akan keutamaan Muawwiyah akan tetapi tidak ada satupun darinya yang sah dari sisi sanadnya. Dengan hal tersebutlah Ishaq bin Rahawaih, An-Nasai dan yang lainnya telah menegaskan”.
Ibnu Al-Qayyim berkata di dalam Al-Manaar Al-Muniif (117): “Seluruh hadits tentang celaan terhadap Muawwiyah adalah dusta”.
Bab Keutamaan Abu Hanifah dan Asy-Syafi’I -Rahimahumalloh- dan celaan kepada keduanya.
Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh- berkata pada hal (17): “Tidak ada satupun sesuatu yang shahih, dan seluruh yang disebutkan dalam bab ini dari hadits-hadits tersebut adalah sesuatu yang dibuat dan palsu”.
Asy-Syaikh Yahya bin Ali -Hafidhahulloh- berkata: “Ibnu Al-Jauziy menyebutkan di dalam Al-Maudhu’at (870) hadits:
يكون في أمتي رجل يقال محمد بن إدريس أضر على أمتي من إبليس، وأبو حتيفة سراج أمتي…
“akan muncul di tengah-tengah umatku seorang laki-laki yang bernama Muhammad bin Idris yang lebih berbahaya dari Iblis, dan Abu Hanifah lentera umatku”.
Beliau -yaitu Ibnu Al-Jauziy, pent- berkata: “Hadist palsu, semoga Alloh melaknat yang telah membuatnya. Dan laknat ini tidak terlepas dari dua orang laki-laki yaitu: Makmun dan Al-Juwaibaariy, keduanya tidaklah memiliki agama dan kebaikan sama sekali”.
Beliau -Rahimahulloh- berkata pada no (873): “ketahuilah barangsiapa yang telah mencium harumnya ilmu akan mengetahui bahwasanya hadits-hadits tentang pujian terhadap Abu Hanifah, Ibnu Kiram, serta celaan terhadap As-Syafi’i  dan yang semisalnya adalah palsu, hanya saja aku khawatir terhadap seorang awam lagi bodoh berkata: “Hadits-hadits ini terdapat di dalam suatu kitab disertai sanad”.Karena itu meriwayatkannya adalah perbuatan yang dicela”.
Bab keutamaan Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha), Ash-Shakhrah, Asqalan, Qazwain, Andalus, dan Damaskus.
Sebagian ulama menyebutkan bahwa diantara sebab munculnya pemalsuan-pemalsuan hadits yaitu sikap fanatik kepada suatu negeri, tempat atau kabilah serta berbangga-bangga dengannya. Sehingga hampir tidak ada satu negeri dari negeri-negeri muslimin melainkan telah dibuat-buat hadits yang menyebutkan keutamaan sebagian negeri tersebut dan sebagian lain berupa celaan.
Sebagaimana Al-Kudaimiy telah membuat hadits palsu tentang keutamaan Bashrah:
إِنِّي لَأَعِرِفُ أَرضًا يُقَالُ لَهَا البَصرَة أَقوَامُهَا قِبلَةً وَأَكثَرُهَا مَسَاجِدَ وَمُؤَذِّنِينَ، يَدفَعُ عَنهَا البَلاَءَ مَا لاَيَدفَعُ عَن سَائِرِ البِلاَدِ.
“Aku mengetahui suatu tempat yang disebut paling lurus kiblatnya, paling banyak masjid dan juru azannya, Alloh menolak dari bala apa-apa yang tidak ia tolak dari seluruh negeri”
Dan Muhammad bin Abdirrahman meletakkan hadits palsu:
يَأتيِ عَلىَ النَّاسِ زَمَانٌ يَكُونُ أَفضَلُ الرِّبَاطِ رِبَاطَ جِدَّةَ.
“Akan datang kepada umat manusia suatu zaman dimana sebaik-baik ribath (berjaa-jaga dari musuh di perbatasan) yaitu ribath di negeri Jeddah”.
Hadits-hadits yang lain yang semisal dengannya, kesemuanya adalah dusta dan bersumber dari perawi-perawi yang banyak lalai lagi pendusta, yang tidak mungkin diterima oleh orang-orang yang memiliki ketajaman akal  dan pengetahuan yang dalam.  
Al-Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh- berkata pada hal (17): “Tidak dalam topik ini hadits yang sahih. Selain hadits:
لاَ تَشُدُّ الرِحَالَ إِلاَّ إِلىَ ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ
“Janganlah kalian melakukan menempuh perjalanan jauh -yaitu untuk beribadah di suatu masjid, pent- kecuali kepada tiga masjid”(2).
Dan hadits bahwasanya beliau ditanya akan rumah (masjid) yang awal sekali dibangun di atas muka bumi, maka beliau berkata:
المَسجِدُ الحَرَامُ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ المَسجِدُ الأَقصَى
“Al-Masjid Al-Haram”, kemudian ditanyakan: “setelah itu?”, beliau berkata: “Al-Masjid Al-Aqsa”. (3) Dan hadits:
إِنَّ الصَّلاَةَ فِيهِ تَعدِل خَمسَماِئَةَ صَلاَةٍ
“Sesungguhnya di dalamnya menyamai 500 shalat”.
Asy-Syaikh Yahya bin Ali -Hafidhahulloh- berkata: “Adapun keutamaannya-keutamaan Masjidil Aqsa telah sah selain apa yang telah disebutkan oleh penulis -yaitu Imam Al-Fairuz Abadiy -Rahimahulloh-, pent-, diantaranya yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnad-nya (5/364), Imam Ath-Thahawiy di dalam Musykil Al-Atsar (14/367, 5692) dan Al-Harits di dalam Musnad-nya, sebagaimana disebutkan dalam Bughyah Al-baahits (784) dari jalan Mujahid dia berkata: “Kami selama enam tahun bersama Junadah bin Abi Umayyah, lalu ia berdiri dan berkata: “Telah berkata kepada kami Muhammad bin Ja’far dia berkata: “Telah berkata kepada kami Syu’bah dari Sulaiman dari Mujahid dari Junadah bin Abi Umayyah bahwasanya dia berkata: “Aku mendatangi seorang laki-laki dari para sahabat Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam, maka aku berkata kepadanya: “Sampaikanlah kepadaku satu hadits yang telah engkau dengar dari Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam perihal Dajjal dan janganlah engkau menyampaikan kepadaku dari perantara selain dirimu jika engkau memiliki sesuatu kebenaran. Maka dia berkata: “Aku mendengar Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam berkata:
“Aku peringatkan kalian akan fitnahnya Dajjal, tidak seorang Nabipun melainkan ia memperingatkan kaumnya atau umat (akan fitnahnya, -pent). Dia seorang yang keriting rambutnya, buta mata kirinya, dia menurunkan hujan, tidak menumbuhkan pepohonan, dia menguasai seseorang lalu membunuhnya kemudian ia hidupkan, dan dia tidak mampu ,menguasai seseorang setelah orang tersebut. Dia memiliki, syurga, neraka, sungai, air, dan gunung roti. Dan sesungguhnya syurganya adalah neraka, dan nerakanya adalah syurga, dia berada di tengah-tengah kalian selama empat puluh pagi, ia memasuki seluruh tempat di atas muka bumi kecuali empat masjid: Masjidil Haram, Masjidil Madinah (Nabawi), bukit Thur, dan Masjidil Aqsha”, sanad hadits ini sahih.
Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama dari dua kiblat sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib -Radhiyallohu ‘anhu- bahwasanya Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam menunggu selama enam atau tujuh  belas bulan dengan shalat menghadap Masjidil Aqsha. hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari no: 7252, dan Muslim no: 525.
Dia adalah tempat isra’ Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Alloh -Ta’ala-:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَه.
“Maha suci zat yang telah memperjalankan hambanya di malam hari dari Masjidil Haram sampai ke Masjidil Aqsha yang mana kami berkahi sekelilingnya”. (Al-Isra’: 1).
Telah sah hal tersebut dari Anas bin Malik -Radhiyallohu ‘anhu- bahwasanya Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam berkata: “Aku dibawakan Al-Buraq, yaitu suatu binatang yang putih tinggi, lebih besar dari keledai dan lebih kecil bighal dia letakkan kakinya di pengujung paling akhir. Maka aku pun mengendarainya sehingga aku sampai di Baitul Maqdis, lalu aku mengikatnya dengan ikatan yang dipakai oleh para Nabi untuk mengikat”. Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari no: (3207) dan Muslim no: (162), dan lafadh hadits ini dari Muslim.
Ad-Dhiya’ Al-Maqdisiy -Rahimahulloh­- telah menulis satu kitab tentang keutamaan-keutamaan Baitul Maqdis.
Ibnu Al-Qayyim berkata di dalam Naqd Al-Manqul (160): “Demikian pula seluruh hadits yang yang memuji Baghdad dan celaan baginya, dan Bashrah, Kufah, Marwa, Qazwain, ‘Asqalan, Iskandariyyah, Nashibain, dan Anthaqiyyah adalah dusta”.

(1)    Al-Khaukhah yaitu suatu jalan tembus yang ada di antara dua rumah, yang dipasang padanya pintu kecil. (lihat Al-Faaiq fii ghariib Al-Hadits (1/401), An-Nihayah fii ghariib Al-Hadits (2/70).
(2)    Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari no: (1189) dan Muslim (827, 1397) dari hadits Abu sai’d dan Abu Hurairoh -Radhiyallohu ‘anhuma-.

Sumber: ahlussunnah.web.id
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Ulah para fanatik dalam memasulkan hadits
Ditulis oleh Admin
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://risalahkajian.blogspot.com/2013/03/ulah-para-fanatik-dalam-memasulkan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
credit for cara membuat email - Copyright of Risalah Kajian.