Ramadhan, kesempatan emas yang banyak tersiakan
0
comments
Ditulis Oleh: Abu Zakariya Irham bin Ahmad Al Jawy
Darul Hadits Dammaj, Sya’ban 1433H
Semoga Alloh Menjaganya
Darul Hadits Dammaj, Sya’ban 1433H
Semoga Alloh Menjaganya
إِنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهِ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Hari-hari berlalu begitu cepat, bulan
pun berganti ibarat anak panah yang melesat, sesuai dengan berita yang
disampaikan Nabi kita yang mulia bahwa semua itu merupakan tanda
dekatnya Hari Kiamat:
عَن هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ
وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ», قَالُوا:
وَمَا الْهَرْجُ؟ قَالَ: «الْقَتْلُ الْقَتْلُ». رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Huroiroh bahwasanya Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda: “Zaman
akan saling berdekatan, ilmu akan berkurang, dan akan dilemparkan (pada
manusia) kekikiran, serta Al-harj akan merajalela, para sahabat
bertanya: Apa itu Al-harj? Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam menjawab: (Al-harj adalah) pembunuhan!, pembunuhan!”. (HR. Bukhori & Muslim)
Tidak terasa kita telah berada di
penghujung bulan Sya’ban yang berarti sebentar lagi kita akan bertemu
dengan bulan Romadhon yang mulia. Sudah selayaknya bagi setiap muslim
untuk bergembira menyambut kedatangan bulan yang penuh berkah ini.
Bagaimana tidak, Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam telah mengatakan:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنّةِ، وَغُلّقَتْ أَبْوابُ النّارِ، وَصُفّدَتِ الشّيَاطِينُ.
“Jika datang Romadhon dibukalah pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka serta dibelenggulah syetan-syetan”. (HR muslim dari Abu Huroiroh)
الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ. وَالجُمُعَةُ
إِلَى الجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا
بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَ الكَبَائِرِ.
“Sholat
lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan Romadhon ke Romadhon adalah penghapus
dosa antara satu dan lainnya, selama dia menjauhi dosa dosa besar.” [HR. Muslim dari Abu Huroiroh]
Namun sayang banyak manusia lalai akan
keutamaan yang besar ini, dan menganggapnya sebagai rutinitas belaka,
sebagaimana hari-hari biasa, sehingga banyak kesempatan yang terabaikan
dan tersia-siakan.
Saudaraku –semoga Alloh berikan
hidayahnya kepadamu- Romadhon adalah kesempatan emas yang Alloh berikan
kepada hambanya, maka pergunakanlah sebaik mungkin. Dan tentunya kita
semua telah melewati banyak Romadhon di tahun-tahun yang silam, tapi
pernahkah terbersit dalam diri-diri kita untuk sejenak mengoreksi waktu
yang telah lalu itu: “Sudahkah aku memanfaatkannya dengan maksimal ?”
Oleh karena itu dalam tulisan ini mari
kita bersama-sama mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan agar Romadhon
kali ini bisa mengisinya dengan lebih baik dari Romadhon-romadhon yang
telah lalu, semoga Alloh memberikan taufikNya kepada kita semua.
BERSYUKUR ADALAH KUNCI TETAPNYA SUATU NIKMAT YANG ALLOH BERIKAN DAN SEBAB UTAMA BERTAMBAHNYA NIKMAT TERSEBUT.
Nikmat Alloh yang diberikan kepada kita
tidaklah terhingga banyaknya. Kalaulah Alloh tidak memberikan kepada
kita kecuali keislaman, tentu hal ini sudah cukup bagi untuk untuk
bersyukur dengan sebesar-besar kesyukuran. Bagaimana tidak? Alloh telah
berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama
selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (Ali Imron 85)
Apalagi Alloh juga telah memberikan
nikmat-nikmat Nya yang lain kepada kita. Kesehatan, kecukupan,
kesejahteraan, keamanan…dan nikmat-nikmat lainnya yang kita tidak bisa
menghitungnya. Alloh telah berfirman:
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. dan
jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah)”. (QS. Ibrohim:34)
Inilah keadaan mayoritas manusia; tidak
bersyukur. Padahal dalam setiap detik dan nafasnya, dia telah Alloh beri
kenikmatan yang tiada tara. Sudah sewajibnyalah bagi kita untuk
bersyukur kepada Alloh sebanyak-banyaknya.
Dan ketahuilah bahwa buah kesyukuran ini
pada hakekatnya kembali kepada hamba itu sendiri, dan Alloh sama
sekali tidak membutuhkan imbal jasa dari hamba-hambaNya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“(Ingatlah juga), tatkala
Robb-mu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS I brohim: 7)
Perlu diketahui bahwa bersyukur tidaklak
cukup dengan sekedar ucapan lisan, akan tetapi hendaknya juga
ditunjukkan dengan amalan perbuatan, sebagaimana yang dicontohkan Nabi
kita shollalloohu’alaihi wasallam:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ
مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ: لِمَ
تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ؟
قَالَ: أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
قَالَ: أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
Dari Aisyah bahwasanya Nabi shollalloohu’alaihi wasallam
berdiri sholat malam sampai kakinya pecah-pecah, maka Aisyah bertanya:
“Kenapa engkau melakukan demikian wahai Rosululloh? padahal Alloh telah
mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu maupun yang akan datang?
Rosululloh menjawab: “Tidakkah aku senang untuk menjadi seorang hamba yang bersyukur?!” (Muttafaqun Alaih).
Inilah teladan kita dalam bersyukur….
Namun tidaklah seseorang itu bisa bersyukur kecuali dengan taufiq dan
pertolongan Alloh. Oleh karena itu Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam mengajarkan kepada sahabatnya dan kepada kita semua untuk berdoa:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ
لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ أَنْ تَقُولَ: اللهُمَّ أَعِنِّي
عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ »رواه أحمد
Dari Muadz bin Jabal bawa Nabi shollalloohu’alaihi wasallam berkata: “Aku wasiatkan kepadamu wahai Muadz agar jangan sekali-kali meninggalkan untuk berdoa setiap selesai sholat:
اللهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Ya Alloh berilah pertolongan kepadaku dalam berdzikir kepadaMu, dalam bersyukur, dan dalam beribadah yang baik. (HR Ahmad dan yang lainnya, shohih)
Jadi dengan ini semakin jelas bahwa kesadaran seorang hamba untuk bersyukur adalah
nikmat tersendiri yang juga harus disyukuri. Demikianlah seorang
muslim, dalam setiap detiknya dia bersyukur kepada Penciptanya. Nabi
kita telah bersabda:
عَجَباً لأمْرِ المُؤمنِ إنَّ أمْرَهُ
كُلَّهُ لَهُ خيرٌ ولَيسَ ذلِكَ لأَحَدٍ إلاَّ للمُؤْمِن : إنْ أَصَابَتْهُ
سَرَّاءُ شَكَرَ فَكانَ خَيراً لَهُ ، وإنْ أصَابَتْهُ ضرَاءُ صَبَرَ
فَكانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan
seorang mukmin, semua perkara (yang menimpanya) adalah kebaikan
baginya, tidaklah hal ini didapati kecuali pada orang yang beriman: jika
diberi keluasan (nikmat) dia bersyukur dan itu adalah baik baginya.
Jika ditimpa kesusahan maka dia bersabar dan itu adalah baik baginya”. (HR Muslim)
Diantara nikmat yang hendaknya disyukuri
adalah kesempatan yang Alloh berikan kepada seorang hamba untuk bisa
bertemu dengan Romadhon, bulan penuh rahmat, bulan dilipatkan pahala,
bulan diampuni dosa-dosa….. janganlah sampai kesempatan ini berlalu…
karena belum tentu kita bisa menemuinya tahun depan… sinsingkan lengan
tangan dan kencangkan ikat pinggang untuk berlomba menggapai keridhoan
Alloh serta sorganya yang penuh dengan kenikmatan.
Sungguh celaka orang yang bisa bertemu Romadhon dan melewati hari-harinya kemudian keluar dalam keadaan penuh dosa. Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda:
رَغِمَ أنْفُ رجل دخل عليه رمضان ، ثم
انْسَلَخَ ولم يُغْفَرْ لَه ، ورَغِمَ أنفُ رجل أدْرَك أبويه أو أحدَهما،
وهما حيّ ولم يدْخِلاهُ الجنة، وَرَغِمَ أنفُ رَجُل ذكرتُ عنده ولم يُصلّ
عليَّ.
“Sungguh celaka orang yang
masuk romadhon kemudian keluar (dalam keadaan) tidak terampuni
dosa-dosanya, sungguh celaka seseorang yang mendapati kedua orang tuanya
atau salah satunya (dalam keadaan lanjut usia) dan tidak bisa
memasukkannya syurga, dan sungguh celaka seseorang yang aku disebutkan
di sisinya dan tidak bersholawat kepadaku” (HR Tirmidzi dari Abu Huroiroh, hasan)
MUHASABAH TITIK TOLAK PERBAIKAN DIRI
Alloh telah memerintahkan hamba-hambanya yang beriman untuk mengoreksi diri dalam firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
” Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS Al Hasyr: 18)
Imam As Sa’dy berkata dalam tafsirnya: “Ayat
yang mulia ini merupakan poros dasar untuk muhasabah (mengoreksi diri)
yang hendaknya seorang senantiasa mengingatnya. Apabila dia melihat
kesalahan pada dirinya segera memperbaikinya dengan meninggalkannya dan
bertaubat darinya dengan sebenar-benarnya, serta menjauhkan diri dari
hal-hal yang menyebabkannya jatuh dalam kesalahan tersebut.
Jika dia melihat kekurangan
pada dirinya dalam melaksanakan perintah-perintah Alloh, segera
mengerahkan usahanya dengan memohon pertolongan Rabb-nya untuk
menyempurnakannya. (Hendaknya seorang mukmin) memperbandingkan antara
anugrah-anugrah yang (Alloh berikan) dengan kekuranganya, karena hal
ini pasti akan memunculkan perasaan malu (kepada Alloh).”
Tidak ada seorangpun dari kita yang
mengaku bahwa dirinya telah menunaikan kewajbannya sesuai tuntutan,
terlebih lagi perkara- perkara selain wajib. Di sisi lain nikmat Alloh
setiap detik dia rasakan tanpa henti. Hendaklah muhasabah ini senantiasa
tertanam pada diri, karena darinya bertolak segala kebaikan.
Jika kita telah sadar bahwa kita ini penuh kekurangan, tidak ada jalan keluar kecuali melakukan perbaikan ….
Kalau waktu-waktu yang telah lalu kita
sholat bermalasan-malasan, menunggu-nunggu akhir waktu, dan
melaksanakannya secepat kilat tanpa ada perasaan bahwa sholat tersebut
adalah perkara pertama yang ditanyakan kelak,…maka perbaikilah…!
Tunaikan sholat pada awal waktunya bersama jamaah bagi yang laki-laki,
dan melaksanakannya di rumah bagi yang perempuan, dengan penuh khusyu’.
Sungguh jika seseorang telah bertekad dengan jujur maka Alloh pasti akan
memberikan kemudahan baginya, dan hal ini tidak akan terasa berat.
Alloh telah berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang
berusaha sungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Ankabut: 69)
Terkhusus untuk bulan ini hendaknya
seseorang lebih banyak dalam mengoreksi dirinya, berapa banyak Romadhon
telah berlalu dan berapa amalan yang telah dilaksanakan??
Sudahkah kita merasakan hikmah yang kerenanya Alloh syareatkan puasa?? Alloh berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Ketaqwaan, itulah tujuan yang ingin
diraih dengan puasa. Tentunya hal yang diharapkan bahwa setiap lewat
romadhon seseorang bertambah ketaqwaannya, bertambah giat beribadah dan
semakin menjauh dari maksiat.
Satu hal yang perlu kita ketahui, Imam
Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa amalan seorang hamba itu bisa diketahui
apakah diterima di sisi Alloh atau tidak dengan tanda-tanda yang muncul
setelahnya, yang berupa ketenangan jiwa, ketentraman batin, perubahan
sifat menuju yeng lebih baik. Sebab Alloh adalah Dzat yang maha pemurah
dan pasti akan membalas amalan hamba-hambaNya. Semakin bertambah amalan
seorang hamba maka Alloh pasti akan semakin memudahkannya dan memberikan
kabar gembira baginya.
Oleh karena itu wahai saudaraku, semoga
Alloh memberikan taufiqNya kepadamu, telitilah kembali amalan-amalanmu,
apakah engkau telah mendapatkan tanda-tanda tersebut ada padamu?
Ketenangan jiwa, kegembiraan hati dalam beribadah, kelegaan dalam
mengerjakannya, ataukah sebaliknya?? Setiap manusia tahu keadaan
dirinya, persiapkanlah baik-baik dan hitung-hitunglah amalanmu selama
masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri…
TAUBAT penghapus kesalahan yang telah lalu
Langkah selanjutnya, setelah kita
koreksi diri kita sendiri tentunya tidak ada seorang pun diantara kita
yang mengaku bahwa dirinya terlepas dari dosa. Dan kewajiban seorang
yang berdosa adalah bertaubat kepada Alloh, sebab Alloh telah
memerintahkan hal tersebut dalam firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا
إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ
سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا
مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
“Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi
dan orang-orang mukmin yang bersamanya; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb
Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahrim: 8)
Lihatlah Nabi kita, Alloh telah
mengampuni dosa-dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang,
akan tetapi beliau tetap bertaubat kepada Alloh, sabagaimana yang beliau
sabdakan:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، تُوبُوا إِلى اللهِ واسْتَغْفِرُوهُ ، فإنِّي أتُوبُ في اليَومِ مئةَ مَرَّةٍ
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Alloh, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari seratus kali”. (HR. Muslim dari Al-Aghor bin Yasar)
Jika demikian keadaan manusia terbaik
yang Alloh telah janjikan syurga kepadanya, tentu kita yang penuh noda
ini lebih pantas untuk melakukannya.
Namun yang mengherankan ternyata
sebagian besar manusia tidak sadar bahwa dirinya berdosa, bahkan
beranggapan bahwa dia telah melakukan amalan dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu marilah kita lihat beberapa hal yang sebagian besar manusia
terjatuh padanya:
Bid’ah
Bid’ah adalah setiap perkara yang diniatkan dengannya ibadah kepada Alloh, tapi tidak dilandasi oleh dalil.
Dari pengertian ini dipahami bahwa
perkara ini secara lahirnya seakan-akan adalah perkara agama, dan orang
yang melakukannyapun menganggap dirinya sedang beribadah kepada Alloh.
Inilah sisi bahaya perkara yang satu ini, yang karenanya sulit bagi
orang yang terjatuh padanya untuk bisa bertaubat, sebab dia pada asalnya
tidaklah menganggap dirinya melakukan kesalahan. Oleh karena itu
Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam berulang kali memperingatkan manusia dari perkara ini, sebagaimana sabdanya:
(( أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ ،
وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإنْ تَأمَّر عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ ،
وَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اختِلافاً كَثيراً ، فَعَليْكُمْ
بسُنَّتِي وسُنَّةِ الخُلَفاءِ الرَّاشِدِينَ المَهْدِيِيِّنَ عَضُّوا
عَلَيْهَا بالنَّواجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ ؛ فإنَّ
كلَّ بدعة ضلالة ))
“Aku wasiatkan kalian untuk
bertaqwa kepada Alloh, dan mendengar serta taat kepada (pemimpin) walau
yang memimpin kalian adalah seorang budak Habasyi. Sesungguhnya orang
yang hidup (lama) diantara kalian akan melihat perselisihan yang banyak,
maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah
khulafaurrosyidin, gigitlah erat-erat sunnah itu dengan gigi geraham
kalian. Dan berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru (dalam
agama yang tidak ada dalil dan contohnya), karena sesungguhnya setiap
bid’ah itu sesat” (HR. Tirmidzi, hasan)
Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam
juga telah menjelaskan bahwa amalan bid’ah itu tertolak, tidak diterima
oleh Alloh, bahkan pelakunya terancam dengan neraka. Beliau telah
berkata:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيهِ أمرُنا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan amalan tanpa ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak”. (HR Muslim)
Karena itu berhati-hatilah dari bid’ah
ini. Pastikan sebelum beramal bahwa amalan yang akan engkau lakukan ada
dalilnya dan perintahnya dari Alloh atau RosulNya.
Diantara perkara-perkara bid’ah yang sering terjadi di bulan Romadhon:
Adanya ‘bilal’ (orang yang memberi komando untuk mengucapkan sholawat kepada Nabi shollalloohu’alaihi wasallam pada setiap selesai salam) dalam sholat tarowih
Penabuhan bedug setelah selesai tarowih
Pembacaan niat puasa secara berjamaah setelah selesai tarowih, dll.
Mungkin seseorang akan berkata: “lho itu kan amalan yang baik?!”
Kita jawab: Kebaikan dan kejelekan
patokannya adalah dalil, apakah perkara-perkara itu ada dalilnya? Tidak
sama sekali. Apakah perkara-perkara itu ada pada zaman Nabi, atau
sahabatnya, atau zaman tabi’in?! Jawabnya tidak.
Lalu siapa yang lebih bersemangat dalam
beribadah, kita atau mereka?? Tentu merekalah yang lebih bersemangat,
sebab zaman itu adalah zaman terbaik umat ini sesuai berita Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam. Kalau perkara-perkara di atas ada kebaikannya dalam agama ini tentu mereka akan lebih dulu dalam mengamalkannya.
Inilah yang disebut bid’ah, sebab
orang-orang yang melakukannya beranggapan bahwa itu adalah bagian agama
ini. Maka sewajibnya bagi setiap muslim untuk menjauhinya.
Maksiat
Alloh dan Rosul-Nya telah menjelaskan
secara sempurna tentang perkara-perkara yang wajib dilaksanakan dan
perkara-perkara yang wajib dijauhi. Tapi mayoritas manusia dalam
menanggapi perintah dan larangan ini malah berkebalikan. Perkara yang
dilarang malah dkerjakan dan yang diperintahkan malah ditinggalkan.
Terkhusus pada akhir zaman ini, manusia semakin menjadi dalam melakukan
maksiat, bahkan mereka menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa.
Sungguh benar perkataan Anas –Rodhiyallohu ‘anhu- :
إِنَّكُمْ لَتعمَلُونَ أعْمَالاً هي
أدَقُّ في أعيُنِكُمْ مِنَ الشَّعْرِ ، كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ
رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – مِنَ المُوبِقاتِ
“Sesungguhnya kalian
melakukan perbuatan yang hal itu di mata kalian lebih kecil dari rambut,
padahal dulu kami menganggapnya sebagai perkara yang mencelakakan” (HR. Bukhori)
Bagaimanakah halnya dengan zaman yang perzinaan merajalela dan riba dianggap biasa,…..?!
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari
pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di
antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Al Anfaal: 25)
Ibnu Qoyyim mengatakan: “Diantara
perkara yang hendaknya diketahui: bahwa dosa dan kemaksiatan itu
membawa akibat buruk yang pasti adanya, dan akibat tersebut menyerang
hati, seperti racun yang menyerang badan….Tidaklah ada kejelekan dan
penyakit di dunia ini dan di akhirat kecuali disebabkan oleh dosa-dosa
dan kemaksiatan. (Ad Daa’ wad Dawaa’: 53)
Kemudian beliau menjelaskan bahwa akibat
tersebut terkadang tidaklah disegerakan okeh Alloh, dan hal inilah yang
menjadikan manusia terlena sehingga terus menerus bergelimang dalam
dosa dan kemaksiatan.
Saudaraku –semoga Alloh memberikan taufiq-Nya- kepada kita semua-, diantara akibat dosa dan kemaksiatan adalah:
Dosa dan kemaksiatan mencegah masuknya ilmu dan turunnya rizki.
Dosa dan kemaksiatan melemahkan hati dan badan.
Dosa dan kemaksiatan mendorong untuk
melakukan dosa dan kemaksiatan yang lain, yang karenanya terhalangilah
hidayah. Alloh berfirman:
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Maka tatkala mereka
berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. (QS Ash Shof: 5)
Mungkin tiga ini cukup, untuk
selengkapnya lihat kitab Ad Daa’ wad Dawaa’ milik Ibnul Qoyyim. Semoga
alloh memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menjauhi
larangan-laranganNya, dan memberikan taufiq kepada kita untuk
menjalankan perintah-perintahNya.
BERSEMANGATLAH,… MUNGKIN KESEMPATAN ITU TAKKAN BERULANG KEMBALI
Alloh berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Robb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS Ali
Imron: 133)
Sudah merupakan hal yang dimaklumi
bersama, bahwa dalam bulan Romadhon kita dapati semangat pada diri kita
dalam beribadah lebih daripada bulan-bulan yang lainnya. Hal ini
merupakan taufiq Alloh yang hendaknya dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya, dan dijaga sehingga bisa bertahan semangat tersebut,
sebab hal-hal yang memalingkan seseorang dari amalan sholeh amatlah
banyak, dan hati ini cenderung pada kemalasan dan kemaksiatan. Alloh
telah berfirman:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Robb-ku. Sesungguhnya Robb-ku Ghofur (Maha Pengampun) lagi Rohim (Maha
Penyayang). (QS Yusuf: 53)
Ini penghalang yang ada di dalam manusia
itu sendiri, belum lagi penghalang-penghalang yang datang dari luar,
yang berupa godaan Syaiton dan fitnah-fitnah lainnya. Simaklah wahai
saudaraku, bagaimana tekat iblis dalam berusaha untuk menyesatkan
manusia, sebagaimana yang dikabarkan Alloh dalam firmanNya:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur (taat)”. (QS. Al A’rof: 16-17)
Oleh karena itulah Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam memerintahkan kita semua untuk bersegera dalam beramal Sholeh dan tidak menunda-nundanya:
عن أبي هريرة – رضي الله عنه – : أن رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ :
بَادِرُوا بِالأعْمَال فتناً كقطَعِ اللَّيْلِ المُظْلِمِ ، يُصْبحُ الرَّجُلُ مُؤْمِناً وَيُمْسِي كَافِراً ، وَيُمْسِي مُؤمِناً ويُصبحُ كَافِراً ، يَبيعُ دِينَهُ بعَرَضٍ مِنَ الدُّنيا.
بَادِرُوا بِالأعْمَال فتناً كقطَعِ اللَّيْلِ المُظْلِمِ ، يُصْبحُ الرَّجُلُ مُؤْمِناً وَيُمْسِي كَافِراً ، وَيُمْسِي مُؤمِناً ويُصبحُ كَافِراً ، يَبيعُ دِينَهُ بعَرَضٍ مِنَ الدُّنيا.
Dari Abu Huroiroh bahwasanya Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda: “Bersegeralah
kalian dalam beramal sebelum (datangnya) fitnah-fitnah seperti
potongan-potongan malam yang gelap gulita, (sehingga) seseorang pada
paginya masih beriman tapi ketika sore sudah jadi kafir, dan seseorang
sore harinya beriman (tiba-tiba) pada paginya menjadi kafir. (Hal itu
disebabkan) karena dia menjual agamanya dengan harta benda dunia“. (HR. Muslim)
Diantara amalan-amalan utama yang sangat dianjurkan dalam bulan Romadhon:
JALANKAN PUASA DENGAN PENUH IMAN DAN HARAP
Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang puasa
Romadhon dengan penuh iman dan mengharapkan (keridhoan Alloh) akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaq ‘alaih)
Betapa butuhnya kita dengan ampunan
Alloh, dan inilah salah satu jalannya. Namun tidak semua orang puasa
mendapatkannya, hanya yang puasa dengan penuh keimanan dan
pengharapanlah yang bisa menggapainya……Beliau juga bersabda dalam hadist
yang lain:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ ، فَلْيَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ – مَرَّتَيْنِ –
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، لَخَلُوفٌ فَمِّ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ
اللهِ تَعَالَى مِنْ رِيْحِ المِسْكِ ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي ، الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ ،
وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
“Puasa adalah perisai dari
api neraka. Maka orang yang berpuasa janganlah berkata-kata kotor atau
berbuat jahil, dan apabila seseorang memaki atau mengajak berkelahi,
maka katakanlah kepadanya: “Aku sedang puasa.” kemudian Nabi ` bersabda:
“Demi dzat yang jiwaku ditangan-Nya, bau mulut orang berpuasa itu lebih
harum di sisi Alloh dari bau misk, (Alloh mengatakan:) ia tidak makan,
tidak minum, dan meninggalkan nafsunya karena Aku. Puasa adalah untuk-Ku
dan Akulah yang akan membalasnya, dan setiap kebaikan dibalas sepuluh
kali lipatnya.” (Muttafaq ‘Alaih Dari Abu Huroiroh )
Dari hadits ini diketahui manfaat bahwa seseorang yang puasa bisa mencapai pahala puasa dengan sempurna bila tidak
berkata-kata kotor, jorok, dan terkandung padanya larangan untuk
menggauli istri. Juga tidak boleh berbuat kejahilan yang mencakup
seluruh perbuatan maksiat. Yang semua larangan ini dia jauhi semata-mata
karena Alloh, bukan karena yang lainnya.
Dari sini kita ketahui pula betapa banyak orang puasa tapi yang dia dapat hanya haus dan lapar, sebagaimana sabda Nabi kita:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
“Banyak orang puasa hanya
mendapatkan lapar dan haus dari puasanya, dan banyak pula orang yang
sholat malam hanya mendapatkan kepayahan dari sholatnya”. (HR Ahmad, sanadnya hasan)
Sungguh ini adalah kerugian yang nyata.
Apa sebabnya? Karena dia tidak memenuhi tuntutan yang tersebut dalam
kedua hadits yang telah lewat. Puasa tapi maksiat jalan terus, puasa
tapi sehariannya nongkrong di depan TV. Puasa tapi mulut diumbar tanpa
kekang…….puasa tapi……
Saudaraku, kita berharap agar puasa kita
diterima oleh Alloh, karena itu bersungguh-sungguhlah dalam menempuh
sebab-sebab untuk meraihnya. Dan bergembiralah dengan berita Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam :
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ
الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا
يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ
فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا
أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di syurga ada
pintu yang dinamai ‘Royyan’ masuk melewatinya pada hari kiamat
orang-orang yang puasa, tidak akan masuk melewatinya kecuali mereka!
Dikatakan pada saat itu: “Mana orang-orang yang puasa! Maka merekapun
bangkit (menuju panggilan tersebut), tidak akan masuk melewatinya
kecuali mereka! Jika mereka telah masuk maka pintu itupun ditutup dan
tidak bisa masuk melaluinya seorangpun”. (Muttafaq ‘Alaih Dari Sahl bin Sa’d)
عَنْ عَبْدِ الله بْنِ عَمْرُو ب قَالَ : أنَّ رَسُولَ الله ﷺ :«الصِّيَامُ
وَ القُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ القِيَامَةِ يَقُولُ
الصِّيَامُ أَي رَبِّ، مَنَعَتْهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ،
فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ القُرْآنُ مَنَعَتْهُ النَّومَ بِالَّيْلِ
فَشَفِّعْنِي فِيهِ» وَقَالَ: «فَيُشَفِّعَانِ»
Dari ‘Abdillah bin ‘Amru dia berkata, bahwasanya Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda: “Puasa
dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi hamba nanti pada hari kiamat,
maka puasa nanti akan berkata : Wahai Robbku, aku telah menghalanginya
dari makan dan syahwat diwaktu siang, maka terimalah syafa’atku
untuknya. Dan Al-Qur’an berkata : Wahai Robbku, aku telah menghalanginya
dari tidur pada malam hari, maka terimalah syafa’atku untuknya. Maka
keduanyapun (diizinkan untuk) memberikan syafa’at.” [HR. Ahmad, Shohih At- Targhib (no.973)]
SHOLAT MALAM / TAROWIH DENGAN PENUH IMAN DAN HARAP
Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam telah bersabda:
«مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
“Barangsiapa yang berdiri
(sholat malam) pada bulan Romadhon dengun penuh iman dan harap, akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (Muttafaq ‘alaih dari Abu huroiroh)
Keutamaan yang besar… sudah
sepantasnyalah bagi setiap muslim untuk berlomba dalam mendapatkannya.
Sholat malam pada bulan Romadhon inilah yang dikenal dengan tarowih.
Namun disini ada hal yang perlu
diperhatikan, sebab kita lihat banyak kaum muslimin melaksanaknya
sekedar rutinitas bulan romadhon. Padahal disebutkan dalam hadits di
atas dua syarat untuk bisa mendapatkan keutamaan tersebut,
yaitu: keimanan yang terkandung di dalamnya ikhlas dan harapan agar
Alloh mengampuni dosa-dosanya.
Selain itu, hendaknya diketahui bahwa
suatu sholat akan dianggap oleh Alloh bila terdapat padanya kekhusyukan,
adapun jika sholatnya secepat kilat maka tidaklah dia dapat kecuali
capek dan pegal. Ya,.. mungkin seseorang akan dapat pahala dengannya,
tapi tentunya sangat beda dengan orang yang menjalankannya dengan khusyu’ dan tuma’ninah.
Perlu diwaspadai, bahwa syeton terus
berusah payah untuk mencari celah dalam merusak ibadah kaum muslimin.
Dia berusaha untuk memalingkan kita dari ibadah menuju maksiat, atau
paling tidak menuju kepada hal yang lebih rendah. Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam telah bersabda:
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ ، فَإِنَّهُ يَعْدِلُ قِيَامَ لَيْلَةٍ
“Barangsiapa yang sholat (tarowih) bersama imam sampai dia selesai, maka hal itu dihitung seperti sholat semalam suntuk” (HR Abu Dawud, shohih)
Memang ini adalah keutamaan yang besar,
tapi jangan sampai seseorang mengedepankannya dari sholat wajib lima
waktu. Kalau sholat tarowih mereka berduyun-duyun ke masjid, tapi ketika
sholat wajib mereka duduk santai di rumah. Padahal inilah yang
seharusnya dikedepankan.
Saudaraku, sholat malam tidaklah khusus
di bulan Romadhon, bahkan hal itu merupakan ibadah yang kita dituntut
untuk menjaganya dan melaksanaknnya secara rutin. Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam telah bersabda:
نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ فَكَانَ بَعْدُ لَا يَنَامُ مِنْ اللَّيْلِ إِلَّا قَلِيلًا.
“Sebaik-baik lelaki adalah
Abdulloh (ibnu Umar) seandainya saja dia itu sholat malam”. Karena
perkataan Rosululloh ini, maka Abdulloh tidaklah tidur malam kecuali
sedikit. (Muttafaq ‘alaih)
Membaca Al Qur’an dan Memperbanyak Shodaqoh
Alloh telah berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab
yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran” (QS Shood: 29)
Tilawah Al Quran adalah ibadah utama yang dianjurkan pada setiap waktu terlebih lagi pada bulan Romadhon. Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam telah bersabda tentang perbedaan muslim yang membaca Quran dan yang tidak membaca Quran:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ
القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ : رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ،
وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ
: لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ .
“Permisalan seorang mukmin
yamg membaca Al Quran seperti buah utrujah, baunya sedap rasanya pun
sedap, dan permisalan seorang mukmin yang tidak membaca Quran seperti
kurma, tidak ada baunya tapi rasanya manis”. (Muttafaqun’alaih)
Beliau juga telah menjelaskan pahala pembaca Quran:
وعن ابن مسعودٍ – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – :
.مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أمْثَالِهَا ،
لاَ أقول : ألم حَرفٌ ، وَلكِنْ : ألِفٌ حَرْفٌ ، وَلاَمٌ حَرْفٌ ، وَمِيمٌ حَرْفٌ .
.مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أمْثَالِهَا ،
لاَ أقول : ألم حَرفٌ ، وَلكِنْ : ألِفٌ حَرْفٌ ، وَلاَمٌ حَرْفٌ ، وَمِيمٌ حَرْفٌ .
Dari Ibnu Mas’ud: Rosululloh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
yang membaca satu huruf dari Kitabulloh maka baginya satu kebaikan, dan
kebaikan itu dilipatkan sepuluh kali. Tidaklah aku katakan: alif lam
mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim
satu huruf”. (HR. At-Tirmdzi dan yang shohih bahwa hadits ini adalah perkataan Abu Mas’ud akan tetapi hukumnya marfu’)
Wahai hamba Alloh, sambutlah pahala yang melimpah ini….
Lihatlah Nabi kita, beliau pada bulan
Romadhon menyimakkan bacaannya Al quran kepada Jibril sebagaimana
diterangkan dalam hadits Ibnu abbas:
وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ
يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ
يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ
“Jibril menemui Rosululloh
pada setiap malam bulan romadhon, dan Rosululloh menyimakkan kepadanya
bacaan Al quran sampai berpisah dengannya” (Muttafaq ‘alaih)
Namun yang sangat memprihatinkan saat
ini, kebanyakan kaum muslimin tidak bisa membaca Al quran dengan benar,
atau bahkan tidak bisa membaca sama sekali. Untuk itu hendaklah mereka
segera mempelajarinya dan hal ini adalah seutama-utama amalan,
sebagaimana sabda Nabi kita:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al quran dan mengajarkannya” (HR Bukhori)
Pada bulan ini juga sangat dianjurkan
untuk memperbanyak shodaqoh. Rosululloh telah memberikan teladan utama
pada amalan yang mulia ini sebagaimana disifatkan oleh Ibnu ‘Abbas bahwa
kedermawaan beliau pada bulan Romadhon ibarat angin yang berhembus,
saking banyaknya.
MEMPERBANYAK DZIKIR
Ibadah ini sebenarnya tidak membutuhkan
modal yang besar, tapi banyak manusia yang melalaikannya. Padahal Alloh
telah memerintahkan dalam Kitab-Nya:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
Rosululloh juga telah menjelaskan bahwa
waktu-waktu yang lewat tanpa ada dzikir kepada Alloh padanya merupakan
kerugian dan penyesalan pada hari kiamat:
مَنْ قَعَدَ مَقْعَدَاً لَمْ يَذْكُرِ
الله تَعَالَى فِيهِ ، كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تَعَالَى تِرَةٌ ،
وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضجَعاً لاَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى فِيهِ ، كَانَتْ
عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ .
“Barangsiapa yang duduk
dalam suatu majlis tidak berdzikir kepada Alloh maka hal itu merupakan
kekurangan dan kerugian baginya, dan barangsiapa yang tidur di atas
pembaringan tanpa dzikir kepada Alloh maka hal itu merupakan kekurangan
dan kerugian baginya.” (HR. Abu Dawud, disahihkan Syaikh Albani)
BERSABARLAH, HARI-HARI INI HANYALAH SEMENTARA
Saudaraku, semoga Alloh memberikan kita
keistiqomahan, hidup kita di dunia hanyalah sementara, hari-hari yang
berlalu sangatlah pendek jika dabandingkan dengan hari-hari yang akan
kita lalui di akherat kelak, Alloh telah mengabarkan tentang perkara ini
dalam firmanNya:
قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ * قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ *
قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
“Allah bertanya: “Berapa
tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? mereka menjawab: “Kami tinggal
(di bumi) sehari atau setengah hari, Maka Tanyakanlah kepada orang-orang
yang menghitung. Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi)
melainkan sebentar saja, kalau kamu Sesungguhnya mengetahui” (QS. Al
Mukminun: 112-114)
Dan Alloh pun telah mengabarkan bahwa
manusia akan menyesal dengan penyesalan yang sangat pada Hari Akhir
kelak sehingga mereka ingin dikembalikan ke dunia walau sekejab, untuk
sekedar beramal dengan amalan yang dulu mereka ringgalkan di dunia:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ
قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ
إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ * فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ
بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ * فَمَنْ ثَقُلَتْ
مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ * وَمَنْ خَفَّتْ
مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ
خَالِدُونَ * تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ .
“(Demikianlah Keadaan
orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, Dia berkata: “Wahai Robb-ku kembalikanlah aku (ke dunia),
agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya
saja. dan di hadapan mereka ada dinding penghalang sampal hari mereka
dibangkitkan. Dan apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi
pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula
mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya,
maka mereka Itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Barangsiapa
yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan
dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. Muka mereka
dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (QS Ql Mukminun: 99-104)
Jika demikian halnya, maka bersyukurlah
karena engkau masih belum terlambat… kesempatan masih terpampang di
depan mata, perbaikilah kesalahan-kasalahan yang telah lalu, benahilah
masa-masa yang masih tersisa ini dengan beramal dan persiapkan bekal,
sebelum ajal menjemput sehingga tidak lagi berguna ratapan serta
penyesalan.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Ramadhan, kesempatan emas yang banyak tersiakan
Ditulis oleh Admin
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://risalahkajian.blogspot.com/2013/03/ramadhan-kesempatan-emas-yang-banyak.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Admin
Rating Blog 5 dari 5