Salman al-Faarisiy, teladan mencari kebenaran
0
comments
SALMAN AL-FAARISIY Rodhiyallahu ‘Anhua
TELADAN PENCARI KEBENARAN
(DISERTAI BEBERAPA FAIDAH HADITS)
إن الحمد لله نستعينه ونستغفره
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى
الله عليه وعلى آله وسلم تسليما كثيرا أما بعد:
Menuntut ilmu syar’iy adalah suatu keharusan bagi seorang muslim dalam memahami agamanya dan juga dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena tidaklah seorang mampu untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala
sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya melainkan dengan Ilmu. Keutamaan
ilmu tidaklah bisa mengimbanginya keutamaan suatu apapun dari
kehidupan dunia ini. Sehingga berkata Al-Imam Asy-Syafi’i: “Menuntut
Ilmu lebih utama dari pada Sholat Naafilah (sunat)”.
Kemuliaan seorang yang berilmu dan
orang-orang yang beramal dengan ilmunya adalah kemuliaan yang akan
diperolehnya di dunia dan akhirat. Dan menempuh perjalanan untuk
menuntut ilmu adalah suatu kebiasaan para salaf terdahulu dan sekarang.
Berapa banyak para Salafus Sholih yang bersusah payah menempuh
perjalanan yang sangat jauh dan menghabis umurnya dengan tujuan hanya
untuk menuntut ilmu. Rasanya hal ini cukuplah untuk menunjukkan
keutamaan ilmu tersebut.
Berikut akan kami sebutkan Kisah Salman Al-Faarisiy Rodhiyallohu anhu akan pengorbanannya yang sangat besar dalam memperoleh suatu kebenaran yang hakiki. Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad Rohimahuloh di dalam musnadnya[1] dari ‘Abdulloh bin ‘Abbas Rodhiyallohu anhu dari Salman Al-Faarisiy Rodhiyallohu anhu, beliau berkata:
“Aku adalah seorang laki-laki dari
Persia dari penduduk Ashbahan yang berasal dari suatu kampung yang
disebut dengan Jayy, dan ayahku adalah sebagai seorang kepala kampung
tersebut. Aku adalah orang yang paling dia cintai, senantiasa
kecintaannya terhadapku ada padanya sampai-sampai dia mengurungku di
dalam rumahnya untuk senantiasa menyembah api, sebagaimana seorang anak
perempuan yang dikurung. Aku benar-benar telah membebankan diriku di
dalam agama Majusi, sampai-sampai aku menjadi pelayan bagi api yang
menyalakannya serta tidak membiarkannya padam sekejap pun.
(SALMAN MELIHAT NASHRANY)
Ayahku memiliki kebun yang besar, suatu hari dia disibukkan dengan mengurus bangunan, maka dia berkata kepadaku: “Wahai
anakku, sesungguhnya hari ini aku disibukkan dengan suatu bangunan dari
mengurusi kebunku, maka pergilah engkau kesana dan perhatikanlah ia”. Ayahku
memerintahkanku untuk melakukan beberapa hal yang dia inginkan, maka
aku pun keluar menuju ke kebunnya. Kemudian aku pun melewati satu gereja
dari gereja-gerejanya orang Nashraniy, aku mendengar suara-suara mereka
di dalamnya sementara mereka dalam keadaan sedang mengerjakan shalat.
Aku tidak tahu kondisi orang-orang karena dikurungnya aku di rumah
ayahku. Maka ketika aku melewati mereka dan aku mendengar suara mereka,
akupun masuk ke dalamnya sehingga aku melihat apa yang mereka perbuat.
Ketika aku melihat mereka maka aku pun terkagum dengan sholat mereka dan
muncul hasratku untuk mengikuti mereka, dan aku berkata: “Demi Allah!, ini lebih baik dari pada agama yang kami sedang berada di atasnya”.
Maka demi Allah, aku tidak meninggalkan
mereka sampai dengan tenggelamnya matahari, dan aku tidak memperdulikan
sawah ayahku serta tidak mendatanginya. Lalu aku berkata kepada mereka: “Dari mana asal agama ini?”. Mereka menjawab: “Dari Syam”. Lalu aku pun kembali menjumpai ayahku dan dia -ketika itu- telah
mengutus seseorang untuk mencariku, dan aku (benar-benar) telah
menyibukkannya dari semua pekerjaannya maka ketika aku mendatanginya,
dia berkata: “Wahai anakku dari manakah engkau, bukankah aku telah memerintahkan kamu sesuatu?”. Aku berkata: “Wahai
ayahku, aku melewati sekumpulan orang yang sedang mengerjakan sholat di
dalam gereja mereka maka aku terkagum dengan apa yang aku lihat dari
agama mereka, demi Allah! Aku senantiasa di sana sampai dengan
tenggelam matahari”. Ayahku berkata: “Tidaklah ada suatu kebaikan pun di dalam agama tersebut”. Lantas aku berkata: “Sekali-kali tidak, ssengguhnya agama tersebut lebih baik dari agama kita”. Maka
ayahku mulai merasa khawatir akan diriku, kemudian dia mengikat kakiku
dan mengurungku di dalam rumahnya. Lalu aku mengirim pesan kepada
orang-orang nashraniy tersebut.Aku berkata: “Apabila datang kepada kalian rombongan pedagang dari Syam dari orang-orang nashara maka khabarilah aku”. Maka -tidak lama setelah itu-
datang kepada mereka rombongan pedagang dari Syam dari orang-orang
nashara maka merekapun mengabariku hal tersebut. Maka aku berkata kepada
mereka: “Apabila mereka telah memenuhi hajat mereka dan ingin kembali ke negeri mereka maka beritahulah aku”. Maka ketika mereka hendak kembali ke negeri mereka maka mereka mengabariku, maka akupun campakkan rantai yang terikat di kakiku.
(GURU PERTAMA SALMAN)
Kemudian aku keluar bersama mereka sampai akhirnya aku tiba di negeri Syam. Maka ketika aku tiba di sana, aku berkata: “Siapakah orang yang paling utama dari agama ini?” Mereka berkata: “Uskup yang ada di dalam gereja tersebut”. Maka akupun mendatanginya dan berkata: “Aku
berhasarat untuk mengikuti agama ini, dan aku ingin tinggal bersamamu,
melayanimu didalam gerejamu ini, serta menuntut ilmu darimu dan
mengerjakan sholat bersamamu”.Dia berkata: “Masuklah”.
Maka akupun masuk. Aku dapati dia seorang laki-laki yang jelek, dia
memerintahkan orang-orang untuk bersedekah dan menganjurkan mereka untuk
melakukan hal itu, maka apabila mereka telah mengumpulkan kepadanya
shodaqah, maka dia pun menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak
memberikannya kepada orang-orang miskin, sampai-sampai dia telah
mengumpulkan tujuh kendi yang berisi penuh emas dan perak. Maka aku
benar-benar sangat membencinya melihat apa yang telah dia perbuat, tidak
lama kemudian dia pun mati, maka orang-orang Nashraniy tersebut
berkumpul untuk menguburinya. Maka aku berkata kepada mereka: “Sesungguhnya
orang ini adalah laki-laki yang jelek, dia memerintahkan kalian untuk
bersedekan dan menganjur kalian untuk melakukan hal tersebut akan tetapi
apabila kalian telah mengumpulkannya kepadanya maka iapun menyimpannya
untuk dirinya sendiri, dan tidak memberikan sedikitpun untuk orang-orang
miskin”. Mereka berkata: “Apa yang telah kamu ketahui?”. Aku berkata: “Aku akan menunjukkan kepada kalian tempat penyimpanannya”. Maka merekapun berkata: “Tunjukkanlah kepada kami”.
Maka akupun memperlihatkannya kepada
mereka tempatnya. lalu mereka mengeluarkan dari tempat tersebut tujuh
kendi penuh dengan emas dan perak, maka ketika mereka telah melihat
tersebut mereka berkata: “Demi Allah, sekali-kali kami tidak akan menguburinya lalu mereka menyalibnya serta melemparnya bebatuan”.
(GURU KEDUA SALMAN)
Kemudian mereka mendatangkan
penggantinya yang lain, dan menjadikannya pada posisi uskup tersebut.
Maka tidaklah pernah aku melihat seorang laki-laki pun –yang tidak
mengerjakan sholat lima waktu- yang lebih utama dari padanya, lebih
zuhud akan dunia dan lebih menginginkan akhirat, dan lebih
bersungguh-sungguh -dalam ibadah- siang dan malam daripada dirinya. Maka
aku sangat mencintainya, dan tidak pernah aku mencintai seseorangpun
seperti demikian sebelumnya. Maka aku tinggal bersamanya dalam beberapa
waktu, kemudian datanglah ajalnya. Lantas aku berkata kepadanya: “Wahai
fulan sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu dan aku sangat
mencintaimu, tidak pernah aku mencintai seseoranpun seperti demikian
sebelummu. Telah tiba ke atasmu apa yang kamu lihat dari urusan Allah,
maka kepada siapakah engkau akan mewasiatkan aku, dan apa perintahmu?”. Dia berkata: “Wahai
anakku, demi Allah tidaklah aku mengetahui seorangpun pada hari ini
yang berada di atas perkara yang aku berada di atasnya, manusia dalam
keadaan celaka, mereka telah merubah dan meninggalkan kebanyakan perkara
yang dahulunya mereka berada di atasnya kecuali seorang yang tinggal di
Al-Maushil namanya “fulan” dia masih tetap berada di atas perkara yang
aku berada di atasnya, maka bergabunglah dengannya”.
(GURU KETIGA SALMAN)
Maka ketika dia telah wafat dan
dikuburkan, akupun pergi kepada laki-laki di negeri Al-Maushil tersebut
lalu aku berkata kepadanya: “Wahai fulan, sesungguhnya fulan telah
mewasiatkan kepadaku ketika datang ajalnya untuk aku mengikutimu dan ia
memberitahukan aku bahwa engkau berada di atas agamanya”. Kemudian dia berkata: “Tinggallah bersamaku!”,
maka tinggallah aku bersamanya. Aku dapati ia sebaik-baik laki-laki
yang berada di atas agama shohabatnya, kemudian tidak lama kemudian dia
pun datanglah ajalnya, maka ketika sudah dekat ajalnya aku berkata
kepadanya: “Wahai fulan telah mewasiatkan aku mengikutimu
memerintahkan aku untuk bergabung denganmu dan telah datang dari Allah
kepadamu apa yang telah engkau lihat maka kepada siapakah engkau
mewasiatkan aku dan apa yang engkau perintahkan kepadaku?”. Dia berkata: “Wahai
anakku, demi Allah tidaklah aku mengetahui seseorang yang berada di
atas apa-apa yang kami berada di atasnya kecuali seorang laki-laki yang
tinggal di negeri Nashibain namanya fulan maka bergabunglah dengannya”.
(GURU KEEMPAT SALMAN)
Maka ketika dia telah wafat dan
dikuburkan, akupun pergi untuk bergabung laki-laki yang berada di
Nashibain tersebut. Ketika aku telah tiba di sana aku mengabarinya akan
maksud kedatanganku dan apa yang telah diperintahkan kepadaku oleh
shohabatku. Lantas dia pun berkata: “Menetaplah di tempatku”.
Maka aku pun menetap di tempatnya. Aku dapati ia berada di atas agama
dua shohabatnya maka tinggallah aku bersama sebaik-baik laki-laki.
Demi Allah tidaklah berlalu waktu yang lama maka datanglah ajalnya. Maka
ketika ajalnya sudah dekat aku berkata kepadanya: “Wahai fulan,
sesungguhnya fulan telah mewasiatkan aku untuk mengikuti fulan, kemudian
fulan tersebut mewasiatkan aku untuk mengikuti engkau maka setelah itu
kepada siapakah engkau mewasiatkan aku dan apa yang akan engkau
perintahkan kepadaku?”. Dia berkata: “Wahai anakku, demi Allah
tidaklah aku mengetahui seseorang yang tetap berada di atas agama kami
ini untuk aku perintahkan engkau untuk menjumpainya kecuali seorang
laki-laki yang berada di negeri ‘Amuriyyah, karena sesungguhnya ia
berada di atas apa-apa yang kami berada di atasnya, jika engkau suka
maka datangilah ia sesungguhnya ia berada di atas agama kami”.
(GURU KELIMA SALMAN)
Maka ketika dia telah wafat dan
dikuburkan maka aku pergi menjumpai laki-laki yang berada di negeri
‘Amuriyyah tersebut dan aku mengabarkannya akan maksud kedatanganku.
Lantas dia berkata: “Menetaplah di tempatku”. Maka akupun
tinggal bersama seorang laki-laki yang yang berada di atas petunjuk
shohabat-shohabatnya dan agama mereka. Akupun mencari pencaharian
sehingga aku bisa memiliki beberapa ekor sapi dan beberapa ekor kambing.
Kemudian datanglah ketetapan Allah atasnya maka ketika telah dekat
ajalnya aku berkata kepadanya: “Wahai fulan sesungguhnya aku
dahulunya bersama fulan maka ia mewasiatkan aku untuk mengikuti fulan,
kemudian fulan tersebut mewasiatkan aku untuk mengikuti fulan kemudian
fulan tersebut mewasiatkan aku untuk mengikuti engkau maka kemudian
kepada siapakah engkau mewasiatkan aku dan apa yang akan engkau
perintahkan kepadaku?”. Dia berkata: “Wahai anakku, demi Allah
aku tidak mengetahui seseorang pun yang dia berada di atas apa-apa yang
kami berada di atasnya untuk aku aku perintahkan kamu untuk
mengikutinya, hanya saja telah dekat kepadamu zaman diutusnya seorang
Nabi yang mana dia diutus dengan agama Ibrahim, dia akan keluar di
negeri Arab, dan akan berhijrah ke suatu negeri yang berada di antara
dua negeri yang berbatuan hitam di antara keduanya ada pohon kurma, pada
dirinya ada ciri-ciri yang tidak samar: dia menerima hadiah dan tidak
memakan Shodaqoh, di antara dua pundaknya ada tanda kenabian, maka jika
engkau mampu untuk bergabung dengan dengan negeri tersebut maka
lakukanlah”. Maka ketika dia telah wafat dan dikuburkan maka
menetaplah aku di negeri ‘Amuriyyah selama yang Allah kehendaki untuk
aku menetap.
(JATUHNYA SALMAN KE TANGAN YAHUDI DALAM MENCARI NABI)
Lalu lewatlah di hadapanku sekelompok pedagang dari negeri Kalb. Maka aku berkata kepada mereka:”Apakah kalian mau membawaku ke negeri ‘Arab dan aku akan memberikan kepada kalian sapi-sapiku ini dan juga kambing-kamibingku”. Mereka berkata: “Baik”.
Maka aku berikan sapi-sapiku ini dan juga kambing-kambingku kepada
mereka, lalu mereka pun membawaku, sehingga ketika telah tiba di negeri
Waadi Al-Qura merekapun menzholimiku, mereka menjualku kepada seorang
laki-laki dari Yahudi sebagai seorang budak, maka menetaplah aku
bersamanya. Aku melihat pohon kurma dan aku berharap inilah negeri yang
telah disifatkan oleh shohabatku kepadaku, hanya saja aku tidak yakin.
Ketika aku bersamanya maka datanglah kepadanya seorang anak pamannya
dari Madinah dari kabilah Bani Quraidhoh maka ia membeliku darinya lalu
ia membawaku ke negeri Madinah. Maka demi Allah tidaklah kota ini
kecuali aku telah melihatnya serta aku mengenalnya sebagaimana yang
disifatkan oleh shohabatku tersebut. Maka bermukimlah aku di sana dan
Allah pun telah mengutus Rasul-Nya, maka beliau bermukim di Makkah
selama yang beliau telah menetap, dan aku tidak pernah mendengar
sekalipun beliau disebut di samping dengan kesibukanku sebagai seorang
budak.
(BERITA KEDATANGAN ROSULULLOH)
Kemudian beliau pun berhijrah ke
Madinah, maka demi Allah ketika aku sedang berada di puncak salah satu
pohon kurma kepunyaan tuanku yang mana aku sedang mengurusnya, dan
(ketika itu) tuanku sedang dalam keadaan duduk. Maka datang salah
seorang anak pamannya, lalu berhenti di hadapannya, dan berkata: “Fulan,
semoga Allah memerangi bani Qutailah, demi Allah sekarang mereka sedang
berkumpul di Quba’ dipimpin oleh seorang dari Makkah yang tiba kepada
mereka hari ini, mereka berkata bahwa ia adalah seorang Nabi”. Maka
ketika aku mendengar hal tersebut tubuhku merasa gemetar sampai-sampai
aku menyangka aku akan jatuh ke atas tuanku. Maka akupun turun dari
pohon kurma dan mulai bertanya kepada anak pamannya itu: “Apa yang kamu katakan? Apa yang kamu katakan?”. Maka tuanku marah dan memukulkan dengan pukulan yang sangat keras, kemudian dia berkata: “Apa urusanmu?, teruskan pekerjaanmu!”. aku berkata: “Tidak ada, hanya saja aku ingin memastikan apa yang telah dia ucapkan”.
(PERJUMPAAN SALMAN DENGAN ROSULULLOH)
Padaku ada sedikit dari harta yang telah
aku kumpulkan, maka ketika di sore harinya aku membawanya dan aku pergi
menjumpai Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau ketika itu sedang berada di Masjid Quba, maka akupun masuk dan bertanya: “Sesungguhnya
telah sampai kepadaku suatu berita bahwasannya engkau ini adalah
seorang laki-laki yang sholih, dan bersamamu ada shohabat-shohabatmu
yang mengasingkan diri dari negeri mereka lagi sangat membutuhkan, ini
ada sedikit yang aku miliki sebagai shodaqoh karena aku melihat kalian
lebih berhak akan hal itu dari pada yang lainnya”. Maka aku dekatkan kepadanya, kemudian Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada shohabatnya: “Makanlah”. Sementara beliau sendri tidak menyentuhnya serta tidak memakannya, lalu aku berkata dalam diriku: “Ini ciri-ciri yang pertama”.
Kemudian akupun pergi, maka aku kumpulkan sedikit makanan. Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali ke Madinah kemudian aku datang dengan membawa makanan tersebut, lalu aku berkata: “Sesungguhnya aku melihat engkau tidak makan harta shodaqoh, ini ada sesuatu sebagai hadiah, aku memuliakan kamu dengannya”. Maka Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam memakannya dan memerintahkan shohabatnya untuk makan bersamanya, maka akupun berkata dalam diriku: “Ini ciri-ciri yang kedua”.
Tidak lama kemudian aku mendatangi lagi beliau Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam
dan ketika itu beliau sedang berada di pekuburan Baqi’ Al-Ghorqod
sedang mengikuti salah satu jenazah dari shohabatnya, dan di atas
tubuhnya dilapisi dua pakaian. Dan saat beliau sedang duduk di
tengah-tengah shohabatnya, maka akupun memberi salam kepada beliau,
kemudian aku berputar arah untuk melihat bagian punggungnya, (yaitu)
apakah aku akan melihat khotam sebagaimana yang telah disifatkan oleh temanku?. Ketika Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam
melihatku maka akupun berpaling, maka beliau mengetahui maksudku
bahwasanya aku sedang memastikan sesuatu yang telah disifatkan kepadaku.
Maka beliaupun melempar rida’-nya dari atas punggungnya, maka aku pun
melihat khotamnya dan mengenalnya. Maka aku memeluk beliau serta menciumnya dalam keadaan menangis. Maka Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Hadapkanlah wajahmu!”.
Maka akupun menghadapkannya, lalu aku ceritakan kepada beliau tentang
kisahku sebagaimana yang aku ceritakan kepadamu wahai Ibnu ‘Abbas.
Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam merasa ta’ajub dengan shohabatnya ketika mereka mendengar hal tersebut.
(LEPASNYA SALMAN DARI PERBUDAKAN)
Kemudian aku disibukkan dengan pekerjaanku sebagai budak sehingga aku luput untuk mengikuti perang Badar bersama Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam dan perang Uhud. Maka Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadaku: “Wahai Salman! buatlah Mukatabah (kesepakatan penebusan dari perbudakan)”. Maka
akupun membuat kesepakatan dengan tuanku untuk aku menanam 300 tunas
pohon kurma di sekitar sumur yang dekat sekeliling pohon kurma dan juga
dengan memberikan 40 Uqiyyah. Maka Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada para shohabatnya: “Bantulah saudara kalian ini!”.
Maka merekapun membantuku dengan
memberikan tunas kurma: seorang lelaki ada membantuku dengan 30 tunas
kurma, ada yang membantuku dengan 20 tunas, ada membantu dengan 15
tunas, dan ada yang membantuku dengan 10, yaitu setiap laki-laki
membantu sesuai dengan kadar yang mereka miliki. Sehingga terkumpullah
untukku 300 tunas. Kemudian Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadaku: “Pergilah
engkau wahai Salman buatlah lubang-lubang untuk tunas-tunas kurma
tersebut, dan apabila telah selesai maka datangilah aku, aku yang akan
menanaminya dengan tanganku”. Maka aku pun mulai membuat
lubang-lubang untuk tunas-tunas tersebut dengan dibantu oleh para
Shohabatku, maka ketika telah selesai aku mendatangi Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam
serta mengabarkan beliau hal tersebut. Maka Demi yang jiwaku berada di
tangannya tidak ada satu tunas pun dari tunas-tunas tersebut -yaitu yang
ditanam oleh Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam- mati. Maka akupun memberikannya (kepada tuanku), maka yang tersisa atasku (yang harus aku tunaikan) tinggallah harta.
Kemudian Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam memperoleh emas semisal dengan besarnya telur ayam hasil dari sebagian peperangan. Maka beliau Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Apa yang telah dilakukan oleh Al-Faarisiy -yaitu Salman- terhadap orang yang telah ia buat kesepakatan?”. Lalu beliau memanggilku dan berkata: “Ambil ini dan tunaikan dengannya apa-apa (yang tersisa) atasmu wahai Salman”. Aku pun berkata: “ini tidaklah cukup untuk menunaikan apa-apa (yang tersisa) atasku”. Beliau Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Ambillah, sesungguhnya Allah menunaikannya atasmu”.
Akupun mengambilnya, lalu menimbangnya
untuk mereka, maka demi yang jiwaku berada di tangannya, (aku dapati ia)
40 Uqiyyah, kemudian aku tunaikanlah hak mereka, lalu akupun
dimerdekakan. Maka setelah itu aku mengikuti peperangan khandaq bersama
Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tidaklah ada satu pertempuranpun bersama beliau yang aku lewatkan.”
Alih Bahasa: Abu Ubaidillah ‘Amir bin Munir Al-Acehy
BEBERAPA FAIDAH DARI KISAH SALMAN:
- Terkadang seseorang diuji untuk mendapatkan sesuatu yang dicintainya
- Mengedepankan kecintaan kepada Alloh dari selainnya, Salman tidaklah meninggalkan agama Majusi dan bapaknya karena kemiskinan.
- Keimanan kepada takdir, semuanya berada dalam ketentuan Allaoh walaupun tak pernah terlintas salam pikiran sama sekali.
- Sabar terhadap gangguan.
- Pengingkaran dengan hati terhadap maksiat ketika tidak mampu, dan menampakkannya ketika ada kemampuan
- Orang yang mengklaim sesuatu mesti bisa mendatangkan bukti
- Meminta nasehat pada orang-orang sholih
- Wasiat menjelang ajal
- Seseorang berbicara sesuai ilmunya
- Kaum Nashrany telah tersesat sebelum diutusnya Rosululloh kecuali segelintir orang
- Melakukan perjalanan jauh demi menuntut ilmu
- Usaha mencari kebenaran dan pemastian suatu perkara
- Ta’awun ‘Alal birri wat Taqwa
- Mengulurkan bantuan bagi orang sholih
- Bertanya tentang keberadaan orang yang membutuhkan
- Berkah itu datangnya dari Alloh
- Semangat untuk membantu orang dalam mendapatkan hidayah Alloh
(Faidah-faidah dari
pelajaran umum Syaikhuna Yahya bin ‘Ali Al-Hajury Hafizhohulloh,
dirangkum oleh Abu Ja’far Al-Minangkabawy Saddadahulloh)
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Salman al-Faarisiy, teladan mencari kebenaran
Ditulis oleh Admin
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://risalahkajian.blogspot.com/2013/03/salman-al-faarisiy-teladan-mencari.html?m=0. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Admin
Rating Blog 5 dari 5