Doa pelaku kesyirikan dan kemaksiatan
0
comments
بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نستعينه
ونستغفره وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده
ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما كثيرا أما بعد:
Alloh –subhanahu wa ta’ala- berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي
عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang-Ku, maka jawablah: “Bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila
ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala
perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqoroh: 186)
Diriwayatkan bahwa beberapa shohabat bertanya kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai Rosululloh, apakah Robb kita itu dekat, sehingga kita bisa
bermunajat kepada-Nya ataukah jauh, sehingga kita perlu memanggilnya?”
Maka Alloh menurunkan ayat ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Rohimahulloh dalam tafsirnya (2/92) dengan menyebutkan sanadnya dan Syaikhuna Muhaddits Yahya bin ‘Ali Al-Hajuriy Hafizhohulloh mengatakan bahwa riwayat sebab turunnya ayat ini tsabit (bisa dijadikan hujjah).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh menerangkan bahwasanya Alloh Subhanahu Ta’ala
mengabarkan bahwa Dia itu dekat, mengabulkan do’a hamba-Nya jika ia
berdo’a kepada-Nya. Kemudian Alloh memerintahkan mereka untuk memenuhi
perintah-Nya dan beriman kepada-Nya, sebagaimana ucapan sebagian ulama
tafsir dalam memaknai ayat tersebut: “Maka hendaknya mereka memenuhi
perintah-Ku jika Aku serukan kepada mereka dan berimanlah kepada-Ku,
sesungguhnya Aku akan mengabulkan do’a mereka.”
Para ulama mengatakan bahwa dengan dua sebab inilah do’a itu akan terkabul: Pertama: Dengan kesempurnaan ketaatan terhadap Uluhiyah-Nya,
yaitu dengan bertauhid, yaitu bahwasanya tidak ada sesembahan yang
berhak untuk diibadahi kecuali Alloh semata dan menjauhi kesyirikan.
Kedua: dengan kebenaran iman terhadap Rububiyah-Nya, yaitu mengakui bahwasanya Alloh-lah satu-satunya yang menciptakan, memberikan rezki dan mengatur alam semesta.
Siapa yang memenuhi seruan
Robbnya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka
akan tercapai apa yang diinginkan dari do’anya dan terkabulkan. Hal ini
sebagaimana firman Alloh Ta’ala-:
وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ
“Dia mengabulkan
doa orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan
menambah pahala kepada mereka dari karunia-Nya.” (QS. Asy-Syuro: 26)
DO’A PELAKU SYIRIK DAN KEMAKSIATAN
Demikian juga, siapa yang
berdo’a kepada Alloh dengan rasa yakin bahwa Dia akan mengabulkan
do’anya, maka Alloh akan mengabulkannya, meskipun terkadang orang itu
adalah musyrik (berbuat syirik) atau fasiq (banyak berbuat maksiat). Syaikhuna Yahya bin ‘Ali Al-Hajuri –hafidzohulloh- menerangkan bahwa hal ini bisa terjadi ketika ia berdoa ketika dalam keadaan terjepit (genting dan darurat) atau terdzolimi.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا الله مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila
mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Alloh dengan memurnikan ketaatan
semata-mata kepada-Nya. Maka tatkala Alloh menyelamatkan mereka sampai
ke darat, tiba-tiba mereka kembali mempersekutukan Alloh.” (QS. Al-’Ankabut: 65)
Alloh Ta’ala berfirman:
وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ
الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا
كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ
“Apabila manusia
ditimpa bahaya, maka dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring,
duduk atau berdiri. Akan tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari
dirinya, ternyata dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah
dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang
telah menimpanya.” (QS. Yunus: 12)
Alloh –ta’ala- juga berfirman:
وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي
الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ
إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا
“Apabila kalian
ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru,
kecuali Dia (Alloh Ta’ala-. Maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke
daratan, ternyata kalian berpaling dan manusia itu adalah selalu tidak
berterima kasih (kufur).” (QS. Al-Isro’: 67)
قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ
أَتَاكُمْ عَذَابُ الله أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ أَغَيْرَ الله
تَدْعُونَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ * بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ
مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ
“Katakanlah, wahai
Muhammad: “Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Alloh kepada
kalian atau datang kepada kalian hari kiamat, apakah kalian menyeru
sesembahan selain Alloh, jika kalian memang orang-orang yang benar?
Tidak demikian, tetapi hanya Dialah (Alloh Ta’ala) yang kalian seru.
Maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kalian berdoa kepada-Nya,
jika Dia menghendaki dan kalian tinggalkan sembahan-sembahan yang kalian
sekutukan dengan Alloh.” (QS. Al-An’am: 40-41)
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘anhuma ketika beliau mengutus Mu’adz bin Jabal Rodhiyallohu ‘anhu berdakwah ke Yaman (HR. Bukhori dan Muslim):
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
“Takutlah terhadap
do’a orang yang terdzolimi, karena tidak ada penghalang sedikit pun
antara dia dan Alloh (yakni terkabul doanya).”
Akan tetapi, mereka yang dikabulkan do’anya lantaran pengakuan mereka terhadap rububiyyah Alloh dan meyakini bahwa Dialah yang mengabulkan do’a orang yang dalam keadaan genting dan terdzolimi, jika
tidak mengikhlaskan agama semata-mata untuk Alloh dalam beribadah
(yaitu tidak menjauhi kesyirikan) dan juga tidak menaati perintah Alloh
dan Rosul-Nya, niscaya apa yang Alloh berikan karena do’anya itu
hanyalah berupa kenikmatan dunia semata dan di akherat kelak tidaklah
mendapatkan bagian sedikit pun.
Alloh Ta’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ
الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ
جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا * وَمَنْ
أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ
كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا * كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ
عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا
“Siapa menghendaki
kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu
apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan
baginya neraka Jahannam. Ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan
terusir. Siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah
itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah seorang mukmin, maka mereka
itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. Kepada
masing-masing golongan tersebut, baik golongan ini maupun golongan itu,
Kami berikan bantuan dari kemurahan Robbmu dan kemurahan-Nya tidak dapat
dihalangi.” (QS. Al-Isro’: 18-20)
Al-Kholil -Ibrohim- ‘Alaihis salam telah berdo’a memohon rezki bagi orang-orang yang beriman dengan mengatakan:
وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Alloh dan hari kemudian.”
Setelah itu Alloh Ta’ala berfirman:
وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Siapa yang kafir,
maka Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani
siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqoroh: 126)
Maka, tidaklah setiap
orang yang diberi kenikmatan oleh Alloh berupa rezki dan kemenangan,
baik dengan dikabulkan do’anya atau diberikan kenikmatan lainnya itu
termasuk orang yang dicintai oleh Alloh dan dibela. Akan tetapi, Alloh -subhanahu wa ta’ala-
memberikan rezki kepada semuanya baik yang mukmin maupun kafir dan yang
sholeh maupun jahat. Terkadang Alloh mengabulkan do’a mereka dan
memberikan apa yang mereka minta di dunia, adapun di akherat tidaklah
mereka mendapatkan bagian sedikitpun.
Ada sebuah kisah –wallohu a’lam
akan keshohihannya, tetapi ini mengandung hikmah-: ada sebuah pasukan
orang-orang kafir Nashoro mengepung sebuah kota kaum muslimin,
sampai-sampai mereka kehabisan persediaan air bersih. Lalu mereka
meminta kepada kaum muslimin untuk menyediakan air bersih agar mereka
kembali. Kemudian para pemimpin kaum muslimin waktu itu mengadakan
musyawarah tentang hal ini. Mereka berpendapat: “Kita biarkan saja
mereka sampai lemah lantaran kehausan, kemudian kita serang mereka.”
Lalu orang-orang Nashoro itu
bangkit berdoa untuk meminta hujan dan dikabulkanlah permintaan mereka
dengan turunnya hujan. Melihat hal itu, sebagian orang awam kaum
muslimin gonjang imannya. Maka sang raja berkata kepada beberapa orang
arif: “Temuilah orang-orang itu dan perintahkan untuk memasang mimbar
untuknya.” Kemudian setelah sang raja keluar, maka ia berdoa di atas
mimbar: “Ya Alloh, kami mengetahui bahwa mereka adalah termasuk golongan
yang telah Engkau jamin rezki mereka di dunia, sebagaimana yang telah
Engkau firmankan dalam kitab-Mu:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى الله رِزْقُهَا
“Tidak ada suatu binatang melata pun (seluruh makhluk Alloh) di bumi melainkan Alloh-lah yang menjamin rezkinya.” (QS. Huud: 6)
Sungguh mereka telah
menyeru-Mu dalam keadaan terdesak (darurat) dan Engkau kabulkan doa
orang-orang yang terdesak (dalam keadaan genting), sehingga Engkau
turunkan hujan kepada mereka, bukan karena Engkau mencintai diri-diri dan agama mereka. Maka sekarang, kami mohon agar Engkau perlihatkan kepada kami sebuah ayat (tanda kekuasaan-Mu) yang
dengannya dapat menguatkan iman yang ada dalam hati-hati hamba-Mu yang
beriman.” Setelah itu, maka Alloh mengirimkan kepada mereka (orang-orang
Nashoro) sebuah angin yang membinasakan mereka…
MELAMPAUI BATAS DALAM BERDO’A
Termasuk dalam bab ini
adalah orang yang berdoa dengan doa yang tidak pantas dan melampaui
batas, baik dengan meminta sesuatu yang tidak baik atau doa yang
mengandung kemaksiatan kepada Alloh, syirik dan sebagainya. Ketika telah
tercapai apa yang diinginkan, ia mengira bahwa itu merupakan tanda
kesholehan amalannya, seperti orang yang diberikan ketangguhan (umur
panjang dan kelancaran penghidupan), sehingga diberikan kepadanya banyak
harta dan keturunan. Dia mengira bahwa hal itu termasuk berlomba-lomba
dalam kebaikan!
Alloh -ta’ala- berfirman:
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ * نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لَا يَشْعُرُونَ
“Apakah mereka
mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu
berarti bahwa Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada
mereka?! Tidak, sebenarnya mereka itu tidak sadar.” (QS. Al-Mukminun: 55-56)
Alloh Ta’ala juga berfirman:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا
بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا
بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Tatkala mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, maka Kami pun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam
berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
Firman Alloh Ta’ala:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي
لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Janganlah
sekali-kali orang-orang kafir itu menyangka, bahwa pemberian tangguh
Kami kepada mereka (yakni: dengan memperpanjang umur mereka,
memperbanyak rezki, memberikan pertolongan dan membiarkan mereka berbuat
dosa sesuka hatinya) adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami
memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa
mereka dan bagi mereka adzab yang menghinakan.” (QS. Ali Imron: 178)
Alloh Ta’ala juga berfirman:
فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ
بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ *
وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ
“Maka serahkanlah
-wahai Muhammad- kepada-Ku urusan orang-orang yang mendustakan perkataan
ini (Al-Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur
ke arah kebinasaan dari arah yang tidak mereka ketahui. Aku memberi
tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh.” (QS. Al-Qolam: 44-45)
Inilah apa yang diterangkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh dalam kitab beliau “Iqtidho’ Ash-Shirothol Mustaqim Mukholafatu Ashhabil Jahim” (2/314-317). Wallohu a’lam bish-showab, wabillahit-taufiq.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Doa pelaku kesyirikan dan kemaksiatan
Ditulis oleh Admin
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://risalahkajian.blogspot.com/2013/03/doa-pelaku-kesyirikan-dan-kemaksiatan.html?m=0. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Admin
Rating Blog 5 dari 5